PLANTAR FASCITIS

Kamis, 25 Agustus 2011


I.  PENDAHULUAN
Untuk melakukan aktivitas berjalan dan menyangga tubuh, kaki merupakan bagian penting tubuh, sehingga jika terjadi kelainan pada kaki maka aktivitas kita sehari-hari akan terhambat. Terhambatnya aktivitas ini sering dikarenakan karena rasa nyeri pada tumit yang datang secara tiba-tiba.
Gejala nyeri ini terutamanya sering disebabkan oleh “plantar fascitis” yaitu suatu peradangan pada plantar fascia (telapak kaki) atau dapat disebabkan karena saraf terjepit. Terjadinya trauma benda keras dapat juga menjadi penyebab penyakit ini.
Plantar fascia merupakan struktur mirip jaringan fibrous, yang terentang dari tulang tumit hingga tulang jari kaki, yang berfungsi sebagai penyangga bagian lengkung kaki agar bagian tersebut tidak lunglai.
Kelainan ini dapat mennyerang satu kaki, tetapi juga dapat menyerang dua kaki, nyeri ini dimulai pada tulang tumit. Pada keadaan kronis dapat mengakibatkan gangguan pada kaki, lutut, pinggul dan punggung.
II.        DEFINISI
“Plantar” adalah telapak kaki.
“Fascia” adalah jaringan pita yang sangat tebal (fibrosa) yang membentang dibawah kulit dan membentuk pembungkus bagi otot dan berbagai organ tubuh.
“itis” adalah peradangan.
Plantar Fascitis adalah penyakit yang mengenai sistem muskulus skeletal dan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
    • Umur
    • Berat badan
    • Aktivtas
    Sedangkan bentuk manifestasinya adalah tumbuhnya tulang pada daerah calcaneus.
    III.      EPIDEMIOLOGI
    Plantar Fascitis bisa terjadi pada semua usia terutama pada usia pertengahan dan usia lanjut. Pada usia-usia ini lebih beresiko untuk terjadinya Plantar Fascitis oleh karena fakto-fakto seperti pekerjaan atau aktivitas yang lebih banyak berdiri atau berjalan, obesitas, kehamilan, diabetes militus, aktivitas fisik yang berlebihan seperti pada atlit, penggunaan sepatu yang kurang tepat.
    Plantar Fascitis juga bisa tejadi pada pria maupun wanita, namun frekwensi yang besar terjadi adalah pada wanita umur 40-60 tahun. Hal ini disebabkan karena fakto-faktor seperti obesitas, hormon, dan kehamilan.
    IV.  PENYEBAB
    Pada waktu kita berjalan, semua berat badan kita bertumpu pada tumit yang kemudian tekanan ini akan disebarkan ke plantar fascia. Sehingga ligamen plantar fascia tertarikketika kaki melangkah. Apabila kaki berada dalam posisi baik maka tegangan yang ada tidak menyebabkan masalah, tetapi apabila kaki berada pada posisi yang salah atau adanya tekanan yang berlebih maka plantar fascia akan tertarik secara berlebihan, menjadi tegang dan terasa sakit ringan yang akhirnya inflamasi (plantar fascitis). Tegang yang berulang juga dapat menyebabkan nyeri ringan dan inflamasi dalam ligamen.
    Kondisi atau aktivitas yang dapat menyebabkan plantar fascitis:
    1.  Faktor biomekanik seperti pronasi atau memutar telapak kaki sehingga tidak normal, telapak kaki yang sangat melengkung, telapak kaki yang datar, otot calf erat, tendon achilles erat. Pada kaki yang pronasi secara berlebihan akan menarik plantar fascia. Telapak kaki yang sangat melengkung mempunyai plantar fascia yang pendek dibanding normal. Jika ada suatu tarikan atau tekanan yang berlebihan maka juga akan menyebabkan plantar fascitis.
    2.  Aktivitas atau tekanan pada kaki dapat menegangkan ligamen, seperti aktivitas yang menuntut untuk berjalan, berdiri atau melompat diatas permukaan yang keras dan dalam waktu yang cukup lama.
    3.  Obesitas atau kelebihan berat badan dapat membuat tumit menahan tekanan yang lebih besar dari berat badan ketika kita berjalan. Hal ini menyebabkan plantar fascitis karena tumit mudah rusak.
    4. Kehamilan dapat menambah berat badan dan merubah hormon yang dapat menyebabkan jaringan ikat untuk relaksasi menjadi lemas sehingga dapat memicu terjadinya plantar fascitis.
    5. Proses penuaan (usia lanjut) menyebabkan kelenturan plantar fascia semakin berkurang. Diabetes Melitus juga salah satu faktor yang menyebabkan kerusakan plantar fascia dan sakit tumit pada orang tua.
    6.   Penggunaan sepatu yang sempit atau kurang tepat.
    7.   Trauma kecelakaan pada kaki kadang menyebabkan plantar fascitis.
    V. GAMBAR ANATOMI

    VI.  ANAMNESA
    Pasien datang dengan keluhan pada pagi hari sering merasakan nyeri dibagian tumit setelah melangkah beberapa kali. Tetapi pada siang hari keluhan ini dirasakan agak berkurang bahkan pada waktu malam hari keluhan ini tidak dirasakan lagi. Tetapi keluhan ini terkadang kembali dirasakan apabila terlalu banyak melakukan aktivitas berjalan atau berdiri.
    Pemanasan atau peregangan otot terlebih dahulu sangat penting dilakukan oleh para olahragawan atau pekerja berat, karena kurangnya pemanasan atau peregangan otot bisa memicu timbulnya keluhan ini.
    Bila pada pemeriksaan tidak ditemukan gejala-gejala seperti diatas, pasien harus dicek lebih cermat lagi. Nyeri ini biasanya bisa timbul didepan atau dibawah tumit. Tetapi bisa juga terdapat dibawah kaki dimana letak fascia tersebut berada.
    Rasa nyeri ini bisa berlangsung beberapa bulan atau bisa menjadi permanen. Terkadang gejala ini bisa timbul dan hilang setelah beberapa bulan atau beberapa tahun kemudian.
    Pemeriksaan palpasi
    Penderita biasanya dapat menunjukkan letak rasa nyeri tersebut dirasakan (seperti pada gambar diatas).
    Pasien dengan posisi tidur dan rileks dengan kaki terlentang kemudian tangan kiri kita menyanggah kaki penderita dan tangan kanan melakukan palpasi dengan ibu jari menekan pada plantar fascianya. Jika penderita mengalami sakit maka kemungkinan pasien ini menderita plantar fascitis.
    Pemeriksaan inspeksi
    Apabila plantar fascitis ini telah lanjut maka penderita cara berjalannya berubah karena telapak kaki terjadi nyeri yang hebat, sehingga beban tubuh hanya ditumpu pada ujung telapak kaki (jinjit).
    Pada umumnya pasien mulai berjalan jinjit karena nyeri tumit namun dengan berjalan (jinjit) atau dengan kaki bagian depan menyebabkan ketegangan pada plantar fascia yang lebih menarik tumit dan bisa membuat kondisi ini semakin memburuk (lihat pada gambar diatas).
    VI.  PEMERIKSAAN PENUNJANG
    A. Foto Rotgen
    Foto rotgen ini awalnya  untuk memastikan ada tidaknya  “Calcaneous spur”. Pada penderita plantar fascitis dengan calcaneous sering tebal pada bagian fascianya dua kali dari normal.
    B. Bone Scan
    Pada pemerikasaan ini dapat dilihat adanya peningkatan aliran darah pada perlekatan pada fascia dengan tumit.Terutama apabila penderita merasakan nyeri yang sangat hebat.
    Apabila hasilnya positif : Apabila hasilnya negative :
    - Stress fraktur                                                                        – Kerusakan saraf
    - Infeksi luka  bedah                                                             – Plantar fascitis
    Jadi pada penderita plantar fascitis tidak terjadi peningkatan aliran darah pada perlekatan fascia dengan tumit.
    C. MRI ( Magnetic Resonance Imaging )
    Pada pemeriksaan ini dapat dilihat adanya plantar fascitis dengan calcaneus spur.
    D. Diagnosa Banding
    • Calcaneous fracture ( stress atau traumanitis )
    • Tarsal turner syndrome
    • Ankylosing spandylitis
    • Plantar fascia rupture
    • Infeksi
    • Tumor
    • Dan kondisi lainnya yang dapat menyebabkan nyeri kulit.
    VII.  PENGOBATAN
    A.  Obat
    Apabila terapi kurang dapat memberikan hasil, untuk mengurangi rasa nyeri, maka diberikan:
    1. NSAID ( Non Steroid Anti Inflamation Drugs )
    Ex. Ibuprofen ( advil, motrin )
    Untuk menghambat reaksi peradangan dan nyeri dengan menurunkan sintesa prostaglandin digunakan sebagai anti inflamasi dan analgesik, diberikan per oral. Pengobatan ini cara yang paling baik dan aman.
    2. Suntikan 25 mg Cortison acetat (IV)
    Suntikan 25 mg cortison acetat (IV) di insersio paponeurosis plantaris pada os. calcaneus atau tepat pada samping tubulus medial os. calcaneus.
    Suntikan yang terlalu banyak dapat melemahkan serta merusak plantar fascia serta menyusutkan bantalan lemak di sekeliling tumit.
    3. Methylprednisolon topical
    Menurunkan peradangan dengan menekan migrasi dari sel PMN dan menurunkan permeabilitas kapiler.
    Obat ini dapat menyebabkan ruptur dan atropi dari lapisan lemak dari plantar fascia.
    4. NSAID lain
    Contohnya Aspirin. Menurunkan respon peradangan dan efek sistemik yang mengawali terjadinya peradangan selanjutnya.
    B.  FISIOTERAPI
    Terapi dalam hal ini sangat dianjurkan karena biasanya dengan terapi rasa nyeri serta peradangan perlahan-lahan berkurang.
    Terapi yang dapat dilakukan adalah :
    a.         Terapi Panas
    Dapat mengurangi kekakuan plantar fascia dan mengurangi nyeri tumit dengan
    sangat simple
    b.         Kompres Es
    Tujuan utamanya adalah untuk menyembuhkan robekan dan mengurangi peradangan sekaligus mencegah kambuh kembali. Kompres dengan es dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah sehingga bisa mempercepat penyembuhan dan memperbaiki aliran darah. Lakukan 20 menit 3 kali sehari setelah melakukan kegiatan.
    c.         Peregangan dan Pemanasan
    Bertujuan untuk merenggangkan tendon achilles dengan plantar fascia serta mengoreksi factor-faktor fungsional yang beresiko dengan kekencangan dari kompleks gastrosoleus dan kelemahan dari otot-otot intrinsik kaki.
    d.         Extracorporeal Shock Wave Therapy (ESWT)
    ESWT adalah gelombang suara yang dikirim kepada jaringan yang meradang untuk memisahkan jaringan dari radang sehingga merangsang jaringan ini untuk memperbaiki daerah yang luka dan mengurangi rasa sakit. Terapi ini tidak boleh untuk anak-anak dan wanita hamil.
    e.          Istirahat
    .
    Latihan
    1. Latihan Wall Stretches.
    Posisi tubuh menghadap dinding, berdiri sekitar dua tiga kaki dari tembok, lakukan dorongan dengan tangan anda pada tembok. Dengan kaki yang sakit di belakang dan kaki lainnya dibelakang. Dorong tembok, jadikan kaki yang depan sebagai tumpuan, sementara meregangkan kaki yang belakang, biarkan tumit kaki yang belakang menempel di lantai. Posisi ini akan meregangkan tumit. Tahan posisi ini selama 10 detik. Ulangi setidaknya 10 kali dan lakukan selama 3 kali sehari.
    2. Latihan Peregangan dengan Counter Top.
    Pasien menghadap depan dengan memegang counter top, letakkan kaki terpisah dengan satu kaki didepan kaki yang lain. Kemudian tekuk lutut sampai dalam posisi jongkok tahan. Posisi tumit tahan dilantai selama mungkin. Tumit dan busur kaki akan meregang dan tahan posisi ini selama 10 detik. Rileks kemudian luruskan kembali, ulangi sampai 20 kali.
    3. Latihan Towel Stretching dan Cross-friction Massage.
    Latihan ini dilakukan sebelum turun dari tempat tidur, jadi saat bangun tidur atau  setelah istirahat lama. Hal ini dilakukan karena saat kita tidur plantar fascia semakin mengencang.
    4. Latihan-latihan tambahan.
    Latihan-latihan ini dapat dilakukan saat pasien sedang beraktivitas dengan berdiri dalam jangka waktu lama (contohnya tempat kerja, dapur, dll).
    Catatan:
    Peregangan dengan latihan-latihan diatas ternyata berhasil untuk 83% penderita plantar fascia pada suatu studi.
    Alat Bantu
    Alat bantu untuk Plantar Fascitis dapat berupa :
    • Arch support dan orthotics
    Pasien dengan kaki yang datar secara teori memiliki kemampuan untuk mengabsorbsi tekanan dari kaki. Untuk memperbaiki hal ini dapat dibantu dengan Arch support dan orthotics yang berfungsi untuk mengurangi tekanan pada kaki dan mengontrol biomekanik dari kaki.
    • Night splints (Bidai malam)
    Night splints dirancang untuk menjaga mata kaki seseorang dalam posisi netral sepanjang malam. Kebanyakan individu biasanya tidur dengan telapak kaki dalam posisi flexi, sebuah posisi yang menyebabkan plantar fascia dalam posisi yang memendek. A Night dorsiflexion splint (bidai dorsoflixi malam) memungkinkan peregangan pasif dari betis dan plantar fascia selama tidur. Peregangan yang terjadi dapat memungkinkan untuk penyembuhan karena saat itu plantar fascia dalam posisi dipanjangkan, sehingga terjadi pengurangan tegangan saat melangkah pertama di pagi hari.
    • Silicon heel cushions
    Alat bantu berupa bantalan untuk tumit sepatu yang bentuknya mirip donat dengan lubang ditengahnya. Fungsinya untuk mengurangi tekanan pada tumit kaki.
    • ProStretch dan Foot Flex
    Alat ini berfungsi untuk mengurangi tekanan yang berlebihan pada plantar fascia dan tendon achilles ketika berjalan atau berlari.
    C.  OPERASI
    Pada penderita Plantar Fascitis tidak dapat di operasi karena dapat merusak perlekatan Muskulus Gastronemius dengan calcaneus .
    D.  LARANGAN
    1. Penggunaan sepatu yang kurang tepat misalnya sepatu dengan sol tipis yang kurang bisa mendukung bagian tengah telapak dan terlalu besar di bagian tumit atau sudah tua.
    2. Memakai sepatu bertumit tinggi (lebih dari 5cm) secara rutin dapat memperpendek otot achilles dan mengencangkan otot betis. Namun Saat ini kita menggantinya dengan sepatu tumit datar   justru akan menambah ketegangan pada tumit jadi sepatu yang paling tepat adalah sepatu bertumit rendah.
    3. Aktivitas yang berlebihan pada orang-orang yang sudah berusia lanjut.
    4. Pada ibu yang hamil atau sedang menggendong bayinya dengan berdiri lebih dari 20 jam sehari
    5. Melakukan pronation yang berlebihan, dimana pronation adalah fase berjalan dan      berlari. Pronation dan peregangan yang berlebihan membuat jaringan lunak meradang. Ini bisa membangun cairan  dan sel-sel berakumulasi disebuah area yang cedera. Ini  menciptakan lingkunagn yang buruk untuk penyembuhan.
    6. Terlalu banyak melakukan aktivitas atau olah raga yang terlalu besar memberikan beban pada tumit contohnya seperti  berjalan, jogging, berlari atau melompat.
    E.  SARAN YANG HARUS DIKERJAKAN
    1. Berolah raga yang mengurangi beban pada tumit contohnya berenang.
    2. Diet dan menurunkan berat badan pada penderita obesitas atau kegemukan.
    3. Melakukan latihan peregangan otot setiap hari akan meningkatkan fleksibelitas plantar fascia, otot achilles dan otot betis. Beberapa latihan peregangan diantaranya adalah :
    Membersihkan jari-jari kaki dengan handuk
    Meregangkan jari-jari kaki dengan bantuan jari tangan
    Meregangkan betis dan tumit pada lantai
    1. Setelah bangun tidur pagi hari hendaknya duduk dengan rileks dengan kaki ditaruh  di lantai
    2. Memakai sepatu bertumit rendah antara 2,5-5 cm. Kokoh dan mendukung bagian tengah dan telapak kaki, pilih kualitas sepatu yang baik dan berkualitas untuk berjalan dan berlari.
    3. Jangan memberikan beban terlalu berat terhadap kaki
    4. Pemberian kompres es pada kaki setelah melakukan aktivitas berat
    5. Melakukan pemanasan yang cukup sebelum melakukan olah raga atau aktivitas yang berat.
    .
    DAFTAR PUSTAKA
    Sidharta Priguna, M.D.,Ph.D.(1999).Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum.Dian Rakyat.Jakarta.
    S.Snell, Richard.(1998).Anatomi Klinik.EGC.Jakarta
    http://www. ortoinfo.com/
    http://www. footcaredirect.com/


    Bagi anda mahasiswa Keperawatan, Tenaga Kesehatan dan Keperawatan lainnya yang ingin mendapatkan materi dalam bentuk E-Book, Video ataupun Music tentang Kedokteran dan Keperawatan, anda bisa mendapatkannya secara gratis disini, hanya di Dunia Bocah Keperawatan.
    File-file ini sengaja saya bagikan secara gratis demi kemajuan dunia Keperawatan di Indonesia dan sebagai sarana belajar dalam meningkatkan Profesi Keperawatan menuju yang lebih baik.

    Yang harus anda lakukan adalah hanya dengan mengklik file yang anda inginkan di bagian sidebar blog ini, dan anda akan diarahkan menuju ke media penyimpanan online saya. Setelah itu anda tinggal mengklik "Unduh Sekarang" untuk mengunduh/download file yang anda inginkan.



    PENGERTIAN

    Memberikan obat melalui suntikan intracutan atau intradermal adalah suatu tindakan membantu proses penyembuhan melalui suntikan ke dalam jaringan kulit atau intra dermis.

    TUJUAN

    1. Pasien mendapatkan pengobatan  sesuai program pengobatan dokter.
    2. Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian obat.
    3. Membantu menentukan diagnosa terhadap penyakit tertentu (misalnya tuberculin tes).
    4. Menghindarkan pasien dari efek alergi obat ( dengan skin test).
    CATATAN
    1. Sebelum memberikan obat perawat harus mengetahui diagnosa medis pasien, indikasi pemberian obat, dan efek samping obat, dengan prinsip 10 benar yaitu benar pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu pemberian, benar cara pemberian, benar pemberian keterangan tentang obat pasien, benar tentang riwayat pemakaian obat oleh pasien, benar tentang riwayat alergi obat pada pasien, benar  tentang reaksi pemberian beberapa obat yang berlainan bila diberikan bersama-sama, dan benar dokumentasi pemakaian obat.
    2. Untuk mantoux tes (pemberian PPD) diberikan 0,1 cc dibaca setelah 2-3 kali 24 jam dari saat penyuntikan obat.
    3. Setelah dilakukan penyuntikan tidak dilakukan desinfektan.
    4. Perawat harus memastikan bahwa pasien mendapatkan obatnya, bila ada penolakan pada suatu jenis obat,  maka perawat dapat mengkaji penyebab penolakan, dan dapat mengkolaborasikannya  dengan dokter yang menangani pasien, bila pasien atau keluarga tetap menolak pengobatan setelah pemberian inform consent, maka pasien maupun keluarga yang bertanggungjawab menandatangani surat penolakan untuk  pembuktian penolakan therapi.
    5. Injeksi intrakutan yang dilakukan untuk melakukan tes pada jenis antibiotik, dilakukan dengan cara melarutkan antibiotik sesuai ketentuannya, lalu mengambil 0,1 cc dalam spuit dan menambahkan aquabidest 0,9cc dalam spuit, yang disuntikkan pada pasien hanya 0,1cc.
    6. Injeksi yang dilakukan untuk melakukan test mantoux, PPD diambil 0,1 cc dalam  spuit, untuk langsung disuntikan pada pasien.
    PROSEDUR
    I. PERSIAPAN
    Pasien dan keluarga
    1. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemberian obat
    2. Memberikan posisi yang nyaman pada pasien
      1. Obat-obatan yang sesuai program pengobatan dokter
      2. Daftar obat pasien
      3. Spuit 1 cc atau 0,5 cc disposible.
      4. Jarum sesuai kebutuhan, kikir ampul bila perlu.
      5. Perlak dan alas dan nierbeken
      6. Kapas alkohol atau kapas yang sudah dibasahi NaCl 0,9% dalam tempatnya
      7. Handschoen
        1. Mencuci tangan
        2. Berdiri di sebelah kanan/kiri  pasien sesuai kebutuhan.
        3. Cek daftar obat pasien untuk memberikan obat
          1. Membawa obat dan daftar obat ke hadapan pasien sambil mencocokkan nama pada tempat tidur dengan nama pada daftar obat.
          2. Memanggil nama pasien sesuai dengan nama pada daftar obat
          3. Injeksi intrakutan dilakukan dengan cara spuit diisi oleh obat sesuai dosisnya.
          4. Menentukan lokasi injeksi yaitu 1/3 atas lengan bawah bagian dalam.
          5. Membersihkan  lokasi tusukan dengan kapas normal saline atau kapas alcohol bila diperlukan, kulit diregangkan tunggu sampai kering.
          6. Lubang jarum menghadap keatas dan membuat sudut antara 5-150 dari permukaan kulit
          7. Memasukan obat perlahan-lahan sampai berbentuk gelembung kecil, dosis yang diberikan 0,1 cc atau sesuai jenis obat.
          8. Setelah penyuntikan area penyuntikan tidak boleh didesinfeksi.
    1. Alat-alat
    1. Lingkungan: menjaga privacy pasien
    2. Tenaga keperawatan

    II. Pelaksanaan

    10.   Bila injeksi intrakutan dilakukan untuk test antibiotik, lakukan penandaan pada area penyutikan dengan melingkari  area penyuntikan dengan diameter kira kira 1inchi atau diameter 2,5 cm. Penilaian reaksi dilakukan 15 menit setelah penyuntikan. Nilai positif jika terdapat tanda tanda rubor, dolor, kalor melebihi daerah yang sudah ditandai, artinya pasien alergi dengan antibiotik tersebut.
    11.  Bila injeksi ditujukan untuk mantoux test tuberkulin test, dapat dinilai hasilnya  dalam 2 sampai 3 kali 24 jam, positif bila terdapat rubor dolor kalor melebihi diameter 1 cm pada area penyuntikan.
    1. Beri penjelasan pada pasien atau keluarga untuk tentang penilaian pada daerah penyuntikan dan anjurkan untuk tidak menggaruk, memasage atau memberi apapun pada daerah penyutikan. Menyimpan obat obat sisa dan daftar obat pasien ketempatnya
    2. Mengobservasi keadaan umum pasien
    3. Perawat melepaskan handschoen, mencuci tangan.
    4. Membuat catatan keperawatan mencakup:
    1. Tindakan dan respon pasien
    2. Nama jelas perawat yang melakukan tindakan, waktu penyuntikan dan waktu penilaian, dan lokasi penyuntikan.

    Hernia Nukleus Pulposus

    Rabu, 24 Agustus 2011

    I.             PENDAHULUAN


    Hernia Nukleus Pulposus merupakan salah satu dari sekian banyak “Low Back Pain” akibat proses degeneratif. Penyakit ini banyak ditemukan di masyarakat, dan biasanya dikenal sebagai ‘loro boyok’. Biasanya mereka mengobatinya dengan pijat urat dan obat-obatan gosok, karena anggapan yang salah bahwa penyakit ini hanya sakit otot biasa atau karena capek bekerja. Penderita penyakit ini sering mengeluh sakit pinggang yang menjalar ke tungkai bawah terutama pada saat aktivitas membungkuk(sholat,mencangkul).
    Penderita mayoritas melakukan suatu aktivitas mengangkat beban yang berat dan sering membungkuk.Aktivita ini banyak dilakukan oleh para pekerja bangunan, pembantu rumah tangga, olahragawan angkat besi, kuli pelabuhan, dll.

    II.          DEFINISI


    HNP (Hernia Nukleus Pulposus) yaitu : keluarnya nucleus pulposus dari discus melalui robekan annulus fibrosus keluar ke belakang/dorsal menekan medulla spinalis atau mengarah ke dorsolateral menakan saraf spinalis sehingga menimbulkan gangguan.
    hnp1
    III.    EPIDEMIOLOGI

    1.   HNP paling sering terjadi pada pria dewasa, dengan insiden puncak pada
    decade ke-4 dan ke-5.
    2.   Kelainan ini lebih banyak terjadi pada individu dengan pekerjaan yang
    banyak membungkuk dan mengangkat.
    3.   Karena ligamentum longitudinalis posterior pada daerah lumbal lebih
    kuat pada bagian tengahnya, maka protrusi discus cenderung terjadi
    kearah postero lateral, dengan kompresi radiks saraf.
    IV.    PENYEBAB

    Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya HNP
    1.   Aliran darah ke discus berkurang
    2.   Beban berat
    3.   Ligamentum longitudinalis posterior menyempit
    Jika beban pada discus bertambah, annulus fibrosus tidak kuat menahan nucleus pulposus (gel) akan keluar, akan timbul rasa nyeri oleh karena gel yang berada di canalis vertebralismenekan radiks.

    V.     ANATOMI


    Columna vertebralis adalah pilar utama tubuh. Merupakan struktur fleksibel yang dibentuk oleh tulang-tulang tak beraturan, disebut vertebrae.
    Vertebrae dikelompokkan sebagai berikut :
    hnp2
    -     Cervicales (7)
    -         Thoracicae (12)
    -         Lumbales (5)
    -         Sacroles (5, menyatu membentuk sacrum)
    -         Coccygeae (4, 3 yang bawah biasanya menyatu)
    Tulang vertebrae ini dihubungkan satu sama lainnya oleh ligamentum dan tulang rawan.
    Bagian anterior columna vertebralis terdiri dari corpus vertebrae yang dihubungkan satu sama lain oleh diskus fibrokartilago yang disebut discus invertebralis dan diperkuat oleh ligamentum longitudinalis anterior dan ligamentum longitudinalis posterior.
    hnp3
    Diskus invertebralis menyusun seperempat panjang columna vertebralis. Diskus ini paling tebal di daerah cervical dan lumbal, tempat dimana banyak terjadi gerakan columna vertebralis, dan berfungsi sebagai sendi dan shock absorber agar kolumna vertebralis tidak cedera bila terjadi trauma.
    Discus intervertebralis terdiri dari lempeng rawan hyalin (Hyalin Cartilage Plate), nucleus pulposus (gel), dan annulus fibrosus. Sifat setengah cair dari nukleus pulposus, memungkinkannya berubah bentuk dan vertebrae dapat mengjungkit kedepan dan kebelakang diatas yang lain, seperti pada flexi dan ekstensi columna vertebralis.
    Dengan bertambahnya usia, kadar air nucleus pulposus menurun dan diganti oleh fibrokartilago. Sehingga pada usia lanjut, diskus ini tipis dan kurang lentur, dan sukar dibedakan dari anulus.
    Ligamen longitudinalis posterior di bagian L5-S1 sangat lemah, sehingga HNP sering terjadi di bagian postero lateral.
    hnp4
    hnp5
    Gambar . Diagram yang menunjukkan herniasi discus intervertebralis
    ke arah postero-lateral dan menekan akar  saraf spinal.
    hnp6
    hnp7



    VI.       DIAGNOSA

    a.      Anamnesa

    Adanya nyeri di pinggang bagian bawah yang menjalar ke bawah (mulai
    dari bokong, paha bagian belakang, tungkai bawah bagian atas).
    Dikarenakan mengikuti jalannya N. Ischiadicus yang mempersarafi kaki
    bagian belakang.
    1.         Nyeri mulai dari pantat, menjalar kebagian belakang lutut,
    kemudian ke tungkai bawah. (sifat nyeri radikuler).
    2.         Nyeri semakin hebat bila penderita mengejan, batuk, mengangkat
    barang berat.
    3.         Nyeri bertambah bila ditekan antara daerah disebelah L5 – S1
    (garis antara dua krista iliaka).
    4.         Nyeri Spontan
    Sifat nyeri adalah khas, yaitu dari posisi berbaring ke duduk nyeri
    bertambah hebat.Sedangkan bila berbaring nyeri berkurang atau
    hilang.
    hnp8

    b.      Pemeriksaan

    • Motoris
    -         Gaya jalan yang khas, membungkuk dan miring ke sisi tungkai yang nyeri dengan fleksi di sendi panggul dan lutut, serta kaki yang berjingkat.
    -         Motilitas tulang belakang lumbal yang terbatas.
    • Sensoris
    -         Lipatan bokong sisi yang sakit lebih rendah dari sisi yang sehat.
    -          Skoliosis dengan konkavitas ke sisi tungkai yang nyeri, sifat sementara.

    §         Tes-tes Khusus


    1. Tes Laseque (Straight Leg Raising Test = SLRT)
    Tungkai penderita diangkat secara perlahan tanpa fleksi di lutut sampai sudut 90°.
    2. Gangguan sensibilitas, pada bagian lateral jari ke 5 (S1), atau bagian medial dari ibu jari kaki (L5).
    3. Gangguan motoris, penderita tidak dapat dorsofleksi, terutama ibu jari kaki (L5), atau plantarfleksi (S1).
    Tes dorsofleksi : penderita jalan diatas tumit
    Tes plantarfleksi : penderita jalan diatas jari kaki
    4. Kadang-kadang terdapat gangguan autonom, yaitu retensi urine, merupakan indikasi untuk segera operasi.
    5. Kadang-kadang terdapat anestesia di perincum, juga merupakan indikasi untuk operasi.
    6. Tes kernique
    hnp9

    §         Tes Refleks


    -         Refleks tendon achilles menurun atau menghilang jika radiks antara  L5    –   S1 terkena.

    c. Penunjang


    • Laborat
    -         Darah
    Tidak spesifik
    -         Urine
    Tidak spesifik
    -         Liquor Serebrospinalis
    Biasanya normal. Jika terjadi blok akan didapatkan peningkatan kadar protein ringan dengan adanya penyakit diskus. Kecil manfaatnya untuk diagnosis.
    • Foto
    -         Foto X-ray tulang belakang. Pada penyakit diskus, foto ini normal atau memperlihatkan perubahan degeneratif dengan penyempitan sela invertebrata dan pembentukan osteofit.
    -         Myelogram mungkin disarankan untuk menjelaskan ukuran dan lokasi dari hernia. Bila operasi dipertimbangkan maka myelogram dilakukan untuk menentukan tingkat protrusi diskus.
    -         CT scan untuk melihat lokasi HNP
    -         MRI tulang belakang bermanfaat untuk diagnosis kompresi medula spinalis atau kauda ekuina. Alat ini sedikit kurang teliti daripada CT scan dalam hal mengevaluasi gangguan radiks saraf.
    ▪     EMG
    Untuk membedakan kompresi radiks dari neuropati perifer
    hnp10
    hnp11
    Foto X-ray Tulang Belakang

    VII.     PENGOBATAN


    Perawatan utama untuk diskus hernia adalah diawali dengan istirahat dengan obat-obatan untuk nyeri dan anti inflamasi, diikuti dengan terapi fisik. Dengan cara ini, lebih dari 95 % penderita akan sembuh dan kembali pada aktivitas normalnya. Beberapa persen dari penderita butuh untuk terus mendapat perawatan lebih lanjut yang meliputi injeksi steroid atau pembedahan.
    a. Obat
    Untuk penderita dengan diskus hernia yang akut yang disebabkan oleh trauma (seperti kecelakaan mobil atau tertimpa benda yang sangat berat) dan segera diikuti dengan nyeri hebat di punggung dan kaki, obat pengurang rasa nyeri dan NSAIDS akan dianjurkan (MIS : fentanyl)
    Jika terdapat kaku pada punggung, obat anti kejang, disebut juga pelemas otot, biasanya diberikan. Kadang-kadang, steroid mungkin diberikan dalam bentuk pil atau langsung ke dalam darah lewat intravena. Pada pasien dengan nyeri hebat berikan analgesik disertai zat antispasmodik seperti diazepam. NSAID Nebumeton yang merupakan pro drugs dan efek sampingnya relatif lebih sakit, terutama efek sampingnya relatif lebih sakit, terutama efek samping terhadap saluran cerna, dengan dosis 1 gram / hari. Pemakaian jangka panjang biasanya terbatas pada NSAID’S, tapi adakalanya narkotika juga digunakan (jika nyeri tidak teratasi oleh NSAID’S). untuk orang yang tidak dapat melakukan terapi fisik karena rasa nyeri, injeksi steroid di belakang pada daerah herniasi dapat sangat membantu mengatasi rasa sakit untuk beberapa bulan. Dan disertai program terapi rutin. Muscle relexant diberikan parenteral dan hampir selalu secara iv.
    • D-tubokurarin klorida
    • Metokurin yodida
    • Galamin trietyodida
    • Suksinilkolin klorida
    • Dekametonium
    Derajat relaksasi otot dapat diatur dengan kecepatan infus
    • Transkuilizer
    b. Fisioterapi
    • Tirah baring (bed rest) 3 – 6 minggu dan maksud bila anulus fibrosis masih utuh (intact), sel bisa kembali ke tempat semula.
    • Simptomatis dengan menggunakan analgetika, muscle relaxan trankuilizer.
    • Kompres panas pada daerah nyeri atau sakit untuk meringankan nyeri.
    • Bila setelah tirah baring masih nyeri, atau bila didapatkan kelainan neurologis, indikasi operasi.
    • Bila tidak ada kelainan neurologis, kerjakan fisioterapi, jangan mengangkat benda berat, tidur dengan alas keras atau landasan papan.
    • Fleksi lumbal
    • Pemakaian korset lumbal untuk mencegah gerakan lumbal yang berlebihan.
    • Jika gejala sembuh, aktifitas perlahan-lahan bertambah setelah beberapa hari atau lebih dan pasien diobati sebagai kasus ringan.
    hnp12
    c. Operasi
    Operasi lebih mungkin berhasil bila terdapat tanda-tanda obyektif adanya gangguan neurologis. Penderita yang telah didiagnosa HNP. Maka terapi konservatiplah yang harus diselenggarakan. Bilamana kasus HNP masih baru namun nyerinya tidak tertahan atau defisit motoriknya sudah jelas dan mengganggu, maka pertimbangan untuk operasi atau tidak sebaiknya diserahkan kepada dokter ahli bedah saraf. Faktor sosio ekonomi yang ikut menentukan operasi secepatnya atau tidak ialah profesi penderita. Seorang yang tidak dapat beristirahat cukup lama karena persoalan gaji dan cuti sakit, lebih baik menjalani tindakan operatif secepat mungkin daripada terapi konservatif ynag akan memerlukan cuti berkali-kali. Bilamana penderita HNP dioperasi yang akan memerlukan harus dibuat penyelidikan mielografi. Berdasarkan mielogram itu dokter ahli bedah saraf dapat memastikan adanya HNP serta lokasi dan ekstensinya. Diskografi merupakan penyelidikan diskus yang lebih infasif yang dilakukan bilamana mielografi tidak dapat meyakinkan adanya HNP, karena diskrografi adalah pemeriksaan diskus dengan menggunakan kontras, untuk melihat seberapa besar diskus yang keluar dari kanalis vertebralis.
    Diskectorny dilakukan untuk memindahkan bagian yang menonjol dengan general anesthesia. Hanya sekitar 2 – 3 hari tinggal di rumah sakit. Akan diajurkan untuk berjalan pada hari pertama setelah operasi untuk mengurangi resiko pengumpulan darah.
    Untuk sembuh total memakan waktu beberapa minggu. Jika lebih dari satu diskus yang harus ditangani jika ada masalah lain selain herniasi diskus. Operasi yang lebih ekstensif mungkin diperlukan. Dan mungkin memerlukan waktu yang lebih lama untuk sembuh (recovery).
    Pilihan operasi lainnya meliputi mikrodiskectomy, prosedur memindahkan fragmen of nucleated disk melalui irisan yang sangat kecil dengan menggunakan – ray dan chemonucleosis.
    Chemonucleosis meliputi injeksi enzim (yang disebut chymopapain) ke dalam herniasi diskus untuk melarutkan substansi gelatin yang menonjol. Prosedur ini merupakan salah satu alternatif disectomy pada kasus-kasus tertentu.
    Kapan kita boleh melakukan latihan setelah cidera diskus? Biasanya penderita boleh memulai latihan setelah 4 s/d 6 minggu setelah ia diperbolehkan bangun atau turun dari tempat tidur.
    hnp13
    d.   Larangan
    • Peregangan yang mendadak pada punggung
    • Jangan sekali-kali mengangkat benda atau sesuatu dengan tubuh dalam keadaan fleksi atau dalam keadaan membungkuk.
    • Hindari kerja dan aktifitas fisik yang berat untuk mengurangi kambuhnya gejala setelah episode awal.
    d. Saran yang harus dikerjakan
    • Istirahat mutlak di tempat tidur, kasur harus yang padat. Diantara kasur dan tempat tidur harus dipasang papan atau “plywood” agar kasur jangan melengkung. Sikap berbaring terlentang tidak membantu lordosis lumbal yang lazim, maka bantal sebaiknya ditaruh di bawah pinggang. Orang sakit diperbolehkan untuk tidur miring dengan kedua tungkai sedikit ditekuk pada sendi lutut. Bilamana orang sakit dirawat di rumah sakit, maka sikap tubuh waktu istirahat lebih enak, oleh karena lordosis lumbal tidak mengganggu tidur terlentang jika fleksi lumbal dapat diatur oleh posisi tempat tidur rumah sakit.
    • Istirahat mutlak di tempat tidur berarti bahwa orang sakit tidak boleh bangun untuk mandi dan makan. Namun untuk keperluan buang air kecil dan besar orang sakit diperbolehkan meninggalkan tempat tidur. Oleh karena buang air besar dan kecil di pot sambil berbaring terlentang justru membebani tulang belakang lumbal lebih berat lagi.
    • Analgetika yang non adiktif perlu diberikan untuk menghilangkan nyeri.
    • Selama nyeri belum hilang fisioterapi untuk mencegah atrofi otot dan dekalsifikasi sebaiknya jangan dimulai setelah nyeri sudah hilang latihan gerakan sambil berbaring terlentang atau miring harus diajurkan.
    • Traksi dapat dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas yang sesuai dapat dilakukan “pelvic traction”, alat-alat untuk itu sudah automatik. Cara “pelvic traction”, sederhana kedua tungkai bebas untuk bergerak dan karena itu tidak menjemukan penderita. Maka pelvic traction dapat dilakukan dalam masa yang cukup lama bahkan terus-menerus. Latihan bisa dengan melakukan flexion excersise dan abdominal excersise.
    • Masa istirahat mutlak dapat ditentukan sesuai dengan tercapainya perbaikan. Bila iskhilagia sudah banyak hilang tanpa menggunakan analgetika, maka orang sakit diperbolehkan untuk makan dan mandi seperti biasa. Korset pinggang atau griddle support sebaiknya dipakai untuk masa peralihan ke mobilisasi penuh.
    • Penderita dapat ditolong dengan istirahat dan analegtika antirheumatika serta nasehat untuk jangan sekali-kali mengangkat benda berat, terutama dalam sikap membungkuk. Anjuran untuk segera kembali ke dokter bilamana terasa nyeri radikuler penting artinya. Dengan demikian ia datang kembali dan “sakit pinggang” yang lebih jelas mengarah ke lesi diskogenik.
    .
    DAFTAR PUSTAKA
    Snell, Richard S, Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran, EGC, Jakarta, 1997, hal; 220;224;244-246.
    Fakultas Kedokteran UI, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2, Media Acsculapius, Jakarta 2000, hal; 54-57.
    Atlas Anatomi Manusia, Sobotta Jilid 2, EGC, Jakarta 2000, hal;24.
    Chandra, B, Neurologi Klinik, FK Unair, Surabaya, hal;178.