Suatu keadaan tekanan intra oculer / tekanan dalam bola mata cukup besar untuk menyebabkan kerusakan pupil, saraf optik dan kelainan lapang pandang. (Arif, 1999).
Klasifikasi Glaukoma
a. Glaukoma primer
Glaukoma yang terjadi dengan sendirinya pada orang yang telah memiliki bakat bawaan glaukoma yang terbagi atas;
1) Glaukoma sudut terbuka
2) Glaukoma sudut tertutup
b. Glaukoma kongenital
1) Glaukoma kongenital primer atau infantil
2) Glaukoma yang menyertai kelainan-kelainan kongenital
c. Glaukoma sekunder
Glaukoma yang diakibatkan atau berhubungan dengan penyakit lain baik yang masih ada maupun yang terjadi sebelumnya.
d. Glaukoma absolut
Merupakan keadaan terakhir dari semua glaukoma, dimana ketajaman penglihatan nol.
Gejala dan Tanda Klinis
a. Primary Glaucoma/Glaukoma primer
1. Primary Open Angle Glaucoma/Glaukoma primer sudut terbuka
Ada kecenderungan familiar yang kuat disini dan hubungan keluarga yang dekat dengan orang yang pernah sakit POAG harus dicurigai dan dilakukan screening secara teratur. Sifatnya kronis dan tenang matanya.
Gejala:
• Tidak bergejala (tidak terasa)  kadang keluhan Os hanya rasa tidak enak pada matanya
• Pegel pada mata
• Lapang pandang sempit
• Riwayat keluarga
Tanda :
• Mata tenang
• Papil saraf optik atrofi
• Kelainan lapang pandang/skotoma
• TIO lebih dari 21 mmHg (TIO meningkat)
• Visus naik turun (kadang kabur kadang tidak)
2. Normal/Low Pressure Glaucoma
Patogenesis: sensitivitas yang abnormal terhadap TIO (biasanya TIO kurang dari 22 mmHg) karena abnormalitas vaskular/mekanik pada optik nerve head. Disk yang hemoragik lebh sering pada ini daripada POAG dan sering dapat pula menyebabkan progesi kehilangan lapang pandang. 
3. Sudut Tertutup 
Gejala: 
• Pegal sampai sakit kepala 
• Mual, muntah, visus turun sampai mata merah 
• Palpebra spasme (mata sipit) 
• Konjungtiva hiperemi 
• Kornea odem - keruh - lihat pelangi 
• Bilik depan dangkal - karena irisnya menempel di trabekula 
• Pupil luas - m. sphinter pupilae lumpuh oleh karena tekanan yang tinggi. 
• Lensa terdapat bercak-bercak putih 
• Papil tidak jelas (oedem, pucat) 
• TIO lebih dari 21 mmHG, biasanya 40 mmHG
b. Secondary Glaucoma / Glaukoma sekunder
Ada penyakit lain yang mendasarinya/disebabkan karena penyakit lain. Bisa akut/kronis.
1. Glaukoma sekunder sudut terbuka
Bisa disebabkan oleh:
• Uveitis - banyak sel radang - trabekulanya buntu - TIO - glaukoma
• Lensa hipermatur (salah satu bentuk katarak) - uveitis - glaukoma
• Steroid - terjadi konjungtivitis sternalis (alergi - banyak sel radang - dapat merusak trabekulum)
• Trauma - merusak SIK - TIO - glaukoma
2. Glaukoma sekunder sudut tertutup
Bisa disebabkan oleh:
• Uveitis
• Lensa maju/membesar
• Tumor intraokuli
• Neovaskularisasi sudut
Keempat hal di atas menyebabkan timbulnya gejala yang sama dengan glaukoma sudut terbuka.
c. Glaukoma Kongenital
• Sejak lahir
• Takut sinar/silau
• Rasa tidak enak di mata
• Bola mata besar
• Kornea keruh
• TIO lebih dari 21 mmHG
• Karena kongenital seringnya bilateral
Patofisiologi
Meningkatnya tekanan intra oculer disebabkan oleh retensi cairan aquos. Proses dari produksi dan distribusi cairan tersebut terjadi terus menerus dan berfungsi untuk memelihara tekanan intra oculer tetap dan keadaan normal.  Pada suatu kerusakan dimana proses pengeluaran cairan timbul secara berlebihan dapat meningkatkan TIO. Pada umumnya peningkatan tekanan intra oculer disebabkan oleh ischemia di daerah syaraf mata dan terjadi microsirkulasi pada salurannya. Ciri yang khas adalah terjadinya cupping pada dikus optiakus dan dapat menimbulkan kerusakan penglihatan antara lain penurunan lapang pandang  (DepKes RI Bandung, 1993).
Pemeriksaan Penunjang
a. Pengukuran dengan Tonometri schiotz menunjukkan peningkatan tekanan
b. Perimetri : pemeriksaan lapang pandang
c. Genioskopi : untuk melihat SIK
d. Oftalmoskopi
e. Visus
f. Darah lengkap
Manajemen Terapi

  • Pada prinsipnya terapi glaukoma ada 2 macam yaitu medikamentosa dan operatif. Untuk yang kongenital, harus operatif walaupun masih neonatus (misal 10 hari) obat-obatan hanya untuk sementara.
  • Tujuan terapi adalah menurunkan TIO.

Medikamentosa
Tekanan intraokuler harus diturunkan dengan secepatnya dengan memberikan asetanolamid 500 mg dilanjutkan dengan 3 x 500 mg, solusio gliserin 50% 4x 100-150 ml dalam air jeruk, penghambat beta adrenergik 0,25 – 0,5% 2 x 1 dan KCl x 0,5 g. Diberikan pula tetes mata kortikosteroid dan antibiotik untuk mengurangi reaksi implamasi.  Untuk bentuk primer, diberikan tetes mata pilokarpin 2% tiap ½ - 1 jam pada mata yang mendapat serangan dan 3x1 tetes pada mata disebelahnya. Bila perlu berikan analgetik dan antiemetik.
Operasi
Penderita dirawat dan dipersiapkan untuk operasi. Dievaluasi tekanan intraokuler (TIO) dan keadaan matanya. Bila TIO tetap tidak turun segera dilakukan operasi. Sebelumnya diberikan infus manitol 20% 300-500 ml, 60 tetes/menit. Bila jelas menurun operasi ditunda sampai mata lebih tenang dengan tetap mematau TIO. Jenis operasi iridektomi atau filtrasi, ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan genioskopi setelah pengobatan medikamentosa. Selain pencegahan juga dilakukan iridektomi pada sebelahnya.
Harus dicari penyebabnya pada bentuk sekunder dan diobati yang sesuai. Dilakukan operasi hanya bila perlu dan jenisnya tergantung penyebab. Misalnya pada hifema dilakukan parasentesis pada kelainan lensa dan pada uveitis dilakukan iridektomi atau operasi iridektomi.
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Glaukoma
1. Pengkajian
Data Subyektif
• Pasien mengeluh sakit kepala
• Pasien mengeluh mual muntah
• Pasien melihat lingkaran seperti pelangi
• Pasien mengatakan nyeri sekitar mata
Data Obyektif:
• Mata merah, bengkak
• Visus/ketajaman penglihatan menurun
• Pada pemeriksaan dengan lampu senter:
  1. Terlihat kornea sembab
  2. Reaksi pupil hilang atau lambat
  3. Kadang pupil midriasis
  4. Kedua bilik mata nampak dangkal pada bentuk primer
  5. Pada bentuk sekunder dijumpai penyakit penyebabnya
  6. Pada perabaan, bola mata teraba lebih keras

Diagnosa Keperawatan
Pre Operatif
  • PK: Peningkatan TIO
  • Nyeri akut b.d agen injury mekanik
  • Gangguan persepsi sensori: penglihatan b.d perubahan persepsi sensori
  • Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, pengobatan/penatalaksaan dirumah b. d kurangnya paparan informasi
Post operatif
  • Nyeri akut b.d agen injury fisik
  • Risiko jatuh b.d kesulitan penglihatan
  • Risiko infeksi b.d prosedur invasif, terputusnya kontuinitas jaringan

Artikel yang berkaitan



Posting Komentar