Sifat-Sifat Berdasarkan Bulan Lahir

Senin, 31 Oktober 2011


JANUARI
- Suka mendidik dan dididik.
- Sangat mudah melihat kelemahan orang lain dan suka mengkritik.
- Rajin dan setiap yang dibuat selalu menghasilkan keuntungan.
- Suka berbenah atau bersih-bersih dan hal-hal yang serba teratur.
- Bersifat sensitif, berfikiran mendalam.
- Pandai mengambil hati orang lain.
- Pendiam kecuali telah dirangsang.
- Agak pemalu dan mendambakan tumpuan yang bisa dipercayai.
- Mudah mendisiplinkan diri sendiri.
- Badannya sehat tetapi mudah diserang influensa.
- Bersikap romantik tetapi tidak pandai memamerkannya atau memperlihatkannya
- Cukup sayang pada anak-anak.
- Suka berdiam di rumah.
- Setia pada segala-galanya.
- Perlu belajar untuk hidup bersosialisasi.
- Mempunyai rasa cemburu yang sangat tinggi.

FEBRUARI
- Berpikiran abstrak.
- Suka pada benda yang real dan abstrak.
- Inteligent, bijak dan jenius.
- Memiliki kepribadian yang mudah berubah.
- Mudah menawan hati orang lain.
- Agak pendiam, pemalu dan rendah diri.
- Jujur dan setia pada segalanya.
- Keras hati untuk mencapai tujuan.
- Tidak suka dikekang.
- Mudah memberontak apabila dikekang.
- Emosinya mudah terluka dan sangat sensitif.
- Mudah memamerkan dan memperlihatkan amarahnya.
- Suka berkawan tapi kurang memamerkannya.
- Sangat berani dan suka memberontak.
- Bercita-cita tinggi dan suka berangan-angan
- Optimis untuk merealisasikan impiannya.
- Pemerhatian yang tajam.
- Suka hiburan dan suka akan benda yang bersifat seni.
- Sangat romantik pada dalamannya tetapi tidak pada luarannya.
- Berkecenderungan pada benda yang tahyul.
- Amat mudah dan boleh menjadi terlalu boros.
- Harus belajar untuk memamerkan emosi.

MARET
- Berkepribadian yang menarik dan menawan.
- Mudah didampingi.
- Sangat pemalu dan pemendam rasa.
- Sangat baik, jujur, pemurah dan mudah simpati.
- Sangat sensitif pada perkataan yang dituturkan dan alam sekitar.
- Suka pada kedamaian.
- Sangat peka kepada orang lain.
- Sesuai dengan kerjanya yang memberi khidmat kepada orang lain.
- Tidak cepat marah dan sangat baik hati.
- Tahu membalas dan mengenang budi orang.
- Pemerhatian dan penilaian yang sangat tajam.
- Kecenderungan untuk mendendam jika tidak dikontrol.
- Suka berangan-angan.
- Suka melancong.
- Sangat manja dan suka diberi perhatian yang sangat tinggi.
- Kelam kabut dalam memilih pasangan.
- Suka dengan hiasan rumah tangga.
- Punya bakat seni dalam bidang musik.
- Kecenderungan kepada benda yang istimewa dan bagus.
- Terlalu moody.

APRIL
- Sangat aktif dan dinamik.
- Cepat bertindak buat keputusan tetapi cepat menyesal.
- Sangat menarik dan pandai memanjakan diri.
- Punya daya mental yang sangat kuat.
- Suka diberi perhatian.
- Sangat diplomatik (pandai membujuk, berkawan dan pandai menyelesaikan masalah orang).
- Sangat berani dan tidak ada perasaan takut.
- Suka petualangan, pengasih, penyayang, sopan santun dan pemurah.
- Emosi cepat terusik, try to control the emotion.
- Kecenderungan bersifat dendam.
- Agresif, kelam kabut untuk membuat keputusan.
- Kuat daya ingatan.
- Gerak hati yang sangat kuat.
- Pandai mendorong diri sendiri dan memotivasikan orang lain.
- Berpenyakit di sekitar kepala dan dada.
- Sangat cemburu dan terlalu cemburu.

MEI
- Kekerasan hati dan degil.
- Kuat semangat dan bermotivasi tinggi.
- Pemikiran yang tajam.
- Mudah marah apabila tidak dikontrol.
- Pandai menarik hati orang lain dan menarik perhatian.
- Perasaan yang amat mendalam.
- Cantik dari segi mental dan fisik.
- Tidak perlu dimotivasikan.
- Tetap pendirian tetapi mudah dipengaruhi oleh orang lain.
- Mudah dibujuk.
- Bersikap sistematik (otak kiri).
- Suka berangan-angan.
- Kuat daya firasat, memahami apa yang terlintas di hati orang lain tanpa diberitahu.
- Bagian telinga dan leher mudah diserang penyakit.
- Daya khayal yang tinggi.
- Pandai berdebat.
- Fisik yang baik.
- Kelemahan sistem pernafasan.
- Suka sastra,seni dan musik serta melancong.
- Tidak berapa suka duduk atau diam di rumah.
- Tidak boleh duduk diam.
- Tidak punya banyak anak.
- Rajin dan bersemangat tinggi.
- Agak boros.

JUNI
- Berfikiran jauh dan berwawasan.
- Mudah digunakan atau dimanfaatkan orang karena sikap baik.
- Berperangai lemah lembut.
- Mudah berubah sikap, perangai, idea dan mood.
- Idea yang terlalu banyak di kepala.
- Bersikap sensitif.
- Otaknya aktif (senantiasa berfikir).
- Sukar melakukan sesuatu dengan segera.
- Bersikap suka menunda-nunda.
- Bersikap terlalu memilih dan selalu mau yang terbaik.
- Cepat marah dan cepat sejuk.
- Suka berbicara dan berdebat.
- Suka membuat lawakan atau lelucon dan bergurau.
- Otaknya cerdas berangan-angan.
- Mudah dan pandai berkawan.
- Orang yang sangat tertib.
- Pandai memamerkan sikap.
- Gampang berkecil hati.
- Mudah terkena influensa.
- Suka berbenah atau bersih-bersih
- Cepat merasa bosan.
- Sikap terlalu memilih dan cerewet.
- Kurang memamerkan perasaan.
- Lambat sembuh apabila hatinya terluka.
- Mudah menjadi eksekutif.
- Kedegilan yang tidak terkontrol.
- Mempunyai prinsip: siapa yang memuji saya adalah musuh saya tetapi siapa menegur saya adalah kawan saya.

JULI
- Sangat senang apabila didampingi.
- Banyak berahasia dan sukar dimengerti, terutama laki-laki.
- Agak pendiam kecuali dirangsang.
- Tak suka menyusahkan orang lain tapi tidak marah apabila disusahkan.
- Mudah dibujuk.
- Sangat menjaga hati atau perasaan orang lain.
- Sangat ramah.
- Emosi sangat mendalam tapi mudah terluka hatinya.
- Berjiwa sentimental.
- Jarang mendendam.
- Mudah memaafkan tapi sukar melupakan.
- Membimbing secara fisik dan mental.
- Sangat peka, pengasih serta penyayang.
- Melayani semua orang dengan sama.
- Daya simpati yang tinggi.
- Pemerhatian yang tajam.
- Suka menilai orang lain.
- Mudah dan rajin belajar.
- Suka mengenang peristiwa atau kawan lama.
- Suka berdiam diri.
- Suka duduk atau diam di rumah.
- Suka menunggu kawan tapi tidak mencari kawan.
- Tidak agresif kecuali terpaksa.
- Lemah dari segi kesehatan perut.
- Mudah gemuk apabila tidak mengontrol makanan melalui diet.
- Minta disayangi.
- Mudah terluka hati tapi lambat untuk pulih.
- Rajin dalam bekerja.

AGUSTUS
- Suka bergurau.
- Sopan santun dan perhatian terhadap orang lain.
- Berani dan tidak mengenal kata takut.
- Orangnya agak tegas dan bersikap kepemimpinan.
- Pandai membujuk orang lain.
- Terlalu pemurah dan bersikap ego.
- Nilai harga diri yang sangat tinggi.
- Haus akan pujian.
- Semangat juang yang luar biasa.
- Cepat marah dan mudah mengamuk.
- Mudah marah apabila perkataannya dilawan.
- Sangat cemburu.
- Cepat berpikir.
- Pikiran yang berdikari.
- Suka memimpin dan dipimpin.
- Sifat suka berangan.
- Berbakat dalam seni lukis, hiburan dan silat.
- Cepat ditimpa penyakit.
- Belajar untuk relax.
- Sikap kelam kabut.
- Romantik, pengasih, penyayang.
- Suka mencari kawan.

SEPTEMBER
- Sangat sopan santun.
- Sangat cermat, teliti dan teratur.
- Suka menegur kesalahan orang lain dan mengkritik.
- Pendiam tapi pandai dalam bercakap-cakap.
- Sikap sangat cool, sangat baik dan mudah simpati.
- Kerja yang dilakukan sangat sempurna.
- Sangat sensitif tetapi tidak diketahui.
- Orang yang banyak berfikir.
- Otak bijak dan mudah belajar.
- Suka mencari maklumat.
- Kontrol diri untuk tidak terlalu mengkritik.
- Pandai mendorong diri sendiri.
- Mudah memahami orang lain (daya firasat yang tinggi)karena banyak menyimpan rahasia.
- Suka akan hiburan dan melancong.
- Kurang menunjukan perasaannya.
- Luka hatinya sangat lama disimpan.
- Terlalu memilih pasangan.
- Sistematik.

OKTOBER
- Menyukai orang yang sayang padanya.
- Suka mengambil jalan tengah.
- Sangat menawan dan sopan santun.
- Kecantikan luar dan dalam.
- Tidak pandai berbohong dan berpura-pura.
- Mudah rasa simpati, baik, lebih mementingkan kawan.
- Senantiasa berkawan.
- Hatinya mudah terusik tetapi merajuknya tak lama.
- Cepat marah.
- Tidak menolong orang kecuali diminta.
- Suka melihat dari perspektifnya sendiri.
- Tidak suka terima pandangan orang lain.
- Emosi yang mudah terusik.
- Suka berangan dan pandai bercakap.
- Emosi yang kelam kabut.
- Daya firasat yang sangat kuat (terutama perempuan).
- Suka melancong, bidang sastra dan seni.
- Pengasih, penyayang dan lemah lembut.
- Romantik dalam percintaan.
- Mudah terusik hati dan cemburu.
- Ambil berat tentang orang lain.
- Suka kegiatan luar.
- Orang yang adil.
- Boros dan mudah dipengaruhi sekitarnya.
- Mudah patah semangat.

NOVEMBER
- Banyak ide.
- Sukar untuk dimengerti atau difahami sikapnya.
- Berpikiran ke depan.
- Berpikiran unik dan bijak.
- Penuh dengan idea-idea baru yang luar biasa.
- Pemikiran yang tajam.
- Daya firasat yang sangat halus dan tinggi.
- Bagus untuk jadi Dokter.
- Cermat dan teliti.
- Sifat yang berahasia, pandai mengorek dan mencari rahasia.
- Banyak berfikir, kurang bicara tetapi mesra.
- Berani, pemurah, setia, dan sabar.
- Terlalu degil dan keras hati.
- Apabila mau akan diusahakan sehingga berhasil.
- Tidak suka marah kecuali digugat.
- Cara berfikir yang lain dari orang lain.
- Otak yang sangat tajam.
- Pandai mendorong diri sendiri.
- Tidak menghargai pujian.
- Kekuatan semangat dan daya juang yang sangat tinggi dan apabila hendak sesuatu akan mencoba sampai berhasil.
- Badan yang tough.
- Kasih sayang dan emosi yang sangat mendalam.
- Romantik.
- Tidak pasti dengan hubungan kasih sayang.
- Suka duduk atau diam di rumah.
- Sangat rajin dan berkemampuan tinggi.
- Amanah, jujur setia dan pandai berahasia.
- Tidak berapa berjaya dalam mengontrol emosi.
- Bercita-cita tinggi.
- Perangai tidak dapat diramal dan mudah berubah-ubah.

DESEMBER
- Sangat setia dan pemurah.
- Bersifat patriotik.
- Sangat aktif dalam permainan dan pergaulan.
- Sikap kurang sabar dan tergesa-gesa.
- Bercita-cita tinggi.
- Suka menjadi orang yang berpengaruh dalam organisasi.
- Senang apabila didampingi.
- Suka bergaul dengan orang.
- Suka dipuji, diberi perhatian dan suka dibelai.
- Sangat jujur.
- Tidak pandai berpura-pura.
- Cepat marah.
- Perangai yang berubah-ubah.
- Tidak ego walaupun harga diri yang sangat tinggi.
- Benci apabila dikekang.
- Suka bergurau.
- Pandai membuat lelucon dan berpikir dengan logika.

ASKEP PNEUMOTHORAK

Minggu, 30 Oktober 2011

 A.    DEFINISI
Pneumothoraks terjadi bila udara masuk ke area pleura antara pleura visceral dan parietal (Ganong 1998).
Pneumothoraks terjadi ketika udara terjebak di rongga pleural antara bagian pleura visceral dan parietal (Charlene J.Reeves.dkk.2001).
Pneumothoraks adalah keadaan dimana terdapat udara atau gas dalam rongga pleura.Dalam keadaan normal rongga pleura tidak berisi udara, supaya paru-paru leluasa mengembang terhadap rongga dada.




B.   KLASIFIKASI
Pneumothoraks dapat terjadi secara artificial,dengan operasi atau tanpa operasi atau timbul spontan.Pneumuthoraks artifisial dulu banyak di lakukan pada penderita tuberkolosis paru dengan kapitas.Dengan mengempisnya paru,kapitas akan tertutup secara permanent,sputum BTA tidak bisa keluar kearah bronkus lagi.Penderita dapat di sembuhkan.Sekarang pneumothoraks artifisial hanya dipakai sebagai tes diagnostik untuk menentukan apakah lesi tersebut pulmoner atau ekstra pulmoner.Dipakai juga untuk menentukan apakah tumor di perifer paru sudah menginfeksi ke pleura parietal,sehingga operasi tidak perlu lagi dilaksanakan.
a.      Pneumothoraks Traumatik.
Terjadi karena penetrasi,luka tajam pada dada,dan karena tindakan operasi.Trauma yang banyak adalah kecelakaan kendaraan bermotor, luka tembak,luka tusuk,dan trauma tumpul lainnya.Penyebab trauma tindakan operasi juga tidak sedikit,seperti prosedur didaerah leher,dada, dan perut bagian atas misalnya thorakosentesis,biopsy pleura,biopsi tarns-bronkial,kateterisasi vena subklavia dan tindakan akupuntur.
b.      Pneumothoraks Spontan.
Terjadi tanpa adanya trauma.Pneumothoraks jenis ini dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
1.      Pneumuthoraks Spontan Primer.
Disini etiologinya tidak diketahui sama sekali.
2.      Pneumothoraks Spontan Sekunder.
Terdapat penyakit paru atau penyakit dada sebagai factor predisposisinya.
c.       Pneumothoraks Karena Tekanan.
Terjadi jika paru-paru mendapatkan tekanan berlebihan sehingga paru-paru mengalami kolaps.Tekanan yang berlebihan juga bisa menghalangi pemompaan darah oleh jantung secara efektif sehingga terjadi syok.
Ada 2 tipe pneumothoraks yaitu :
1.      Pneumothoraks Tertutup.
Jebis ini tidak memiliki hubungan dengan trauma luar karena disebabkan oleh ruptur dari blister (gelembung) paru dalam rongga pleura dan sering dijumpai pada perokok.Adapun
Penyebab lainnya adalah adanya cedera ventilasi mekanik,cedera akibat pemasangan kateter subklavia dan perforasi esophagus.
2.      Pneumothoraks Terbuka.
Udara masuk ke rongga pleura melalui bukaan dinding dada,biasanya disebabkan oleh trauma seperti tusukan,tembakan atau patah tulang iga sehingga menusuk kedalam rongga pleura.Penanganan sementara yang dilakukan adalah menutupnya dengan kasa berventilasi.

C.   ETIOLOGI
Gangguan ini disebabkan oleh trauma atau akibat lanjutan dari PPOM (Penyakit Paru Obstruksi Menahun).
2 tipe pneumothoraks yang telah dikenal secara luas adalah :
1)      Simple Pneumothoraks.
Pada simple pneumothoraks udara memasuki ruang pleural dan menyebabkan mengempisnya paru-paru sebagian atau seluruhnya.
2)      Tension Pneumothoraks.
Pada tension pneumuthoraks udara secara kontinyu memasuki rongga (cavity) pleural dan meningkatkan tekanan intrapleural melebihi tekanan alveolar.
Perubahan atau pergeseran kearah mediastinal muncul pada sisi yang sehat dan menekan bagian paru-paru lain.
Diagram alur dari patofisiologi khusus berikut ini terjadi pada pneumothoraks.Kapasitas vital mengalami penurunan,ventilasi berkurang,aliran balik/venous return menurun sehingga terjadi hipoksemia lalu terjadi gagal nafas akut dan kematian bisa terjadi jika pneumothoraks ini tetap tak teratasi.
Perawat perlu mewaspadai kondisi ini akhirnya memberitahu pihak dokter secepatnya jika menemui adanya gejala pneumothoraks seperti :
-Trauma dada
-Pernafasan tekanan positif intermiten (PTPI)
-Tekanan ekspirasi akhir positif (TEAP)
-Resustasi kardiopulmonal
-Bedah thoraks & abdomen atas
-Torasentesis
Dapat mencetuskan pneumothoraks atau hematothorks iatrogenik. Pneumuthoraks mengancam hidup sesuai dengan tegangan pada area pleural yang terjadi.
Bila terjadinya tegangan pneumothoraks,sobekan pada bronkus paru atau dinding dada bekerja sebagai katup yang memungkinkan udara masuk ke area pleural pada inspirasi,tetapi tidak membebaskan udara ini pada ekspirasi.Bila ini tidak diketahui dengan cepat dan diterapi, atelektasis berat terjadi.Selain itu struktur mediastinal diubah posisinya kearah sisi yang sehat,deviasi trakea dapat merupakan tanda khusus. Penyimpangan mediastinal ini menyebabkan penurunan aliran balik vena,penurunan curah jantung dan kematian.

D.   PATOFISIOLOGI
Bila sebuah pisau,peluru atau benda-benda lain masuk kedalam dada, terjadilah luka tembus.Masalah utama pada luka tembus bukanlah trauma yang mengenai dinding dadanya,melainkan trauma pada struktur-struktur yang terdapat dalam rongga dada.Penetrasi pada paru-paru berhubungan dengan kebocoran dari paru-paru kedalam rongga pleura (pneomothoraks).Darah dapat pula mengisi rongga pleura, terjadilah tekanan positif,yang menyebabkan kolapsnya paru-paru dan bahkan menyebabkan pergeseran mediastinum.Hal ini akan menekan paru-paru yang bersebrangan dan mempengaruhi kerja jantung. Penderita kemudian mengalami kesulitan bernafas yang serius dan jatuh syok.
Pada pneumothoraks udara memasuki rongga pleura antara paru-paru dan dinding dada.Hal ini dapat terjadi secara spontan atau akibat trauma tembus atau tidak tembus.Pneumothoraks terbuka terjadi bilamana suatu luka tembus pada dada menghubungkan ruang intrapleura meningkatkan tekanan pleura.Luka yang timbul menimbulkan suatu bunyi menghisap pada inspirasi dan ekspirasi. Darah dapat pula merembes kedalam rongga pleura menimbulkan hemothoraks.(Diktat KMB 1)

A.   MANIFESTASI KLINIK
Gejala utama dari pneumuthoraks adalah :
1.      Berupa rasa sakit yang tiba-tiba
2.      Bersifat unilateral
3.      Berhentinya suara nafas di sekitar paru-paru yang terinfeksi
4.      Tekanan darah menurun
5.      Suara denyut jantung yang jauh
Pasien yang bersangkutan akan mengalami dyspnea dan nyeri dada.Pernafasan sangat cepat namun dangkal,nampak ada gejala cyanosis dan pasien akan mengalami kepanikan yang hebat.Selain itu, secara klinis pasien menunjukkan distress pernafasan berat.Agitasi dan takipnea berat.Takikardi dan peningkatan awal tekanan darah di ikuti dengan hipotensi sesuai dengan penurunan curah jantung.Diagnosis di dasarkan pada manifestasi klinis sesuai dengan situasi klinis.Banyak pasien yang di ventilasi dan tiba-tiba mengalami distress pernafasan akut selama ventilasi mengakibatkan peningkatan tekanan inspirasi kemungkinan mengalami tekanan pneumothoraks.
Manifestasi klinis nya :
Mempertahankan potensi jalan napas
Membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas
Meningkatkan masukan nutrisi
Mencegah komplikasi
Memperkuat memburuknya kondisi
Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan program pengobatan.

B.   KOMPLIKASI
1.      Tension Pneumothoraks.
Komplikasi ini terjadi karena tekanan dalam rongga pleura meningkat sehingga paru mengempis lebih hebat,mediastium tergeser ke sisi lain dan mempengaruhi aliran darah vena ke atrium kanan.
Tension pneumothoraks terjadi pada 3-5% penderita dengan pneumothoraks.Tekanan udara yang terdapat pada tension pneumothoraks adalah +10-25 cm H2O.
Pengobatan adalah segera melakukan dekompresi dengan jarum,kateter kecil atau pipa interkostal dan hubungan dengan water sealed drainage.

2.      Pio Pneumuthoraks.
Pio pneumothoraks berarti terdapatnya pneumothoraks di sertai empiema secara bersamaan pada satu sisi paru.
Infeksinya berasal dari mikroorganisme yang membentuk gas atau dari robekan septic jaringan paru atau esophagus ke arah rongga pleura.
Kebanyakan adalah dari robekan abses subpleura dan sering membuat fistula bronco-pleura.
Jenis kuman yang sering terdapat adalah :
-Stafilokokus aureus
-Pseudomonas
-Klebsiella
-M.Tuberculosis
3.      Hidro Pneumothoraks/Hemo Pneumuthoraks.
Pada lebih kurang 25% penderita pneumothoraks di temukan juga sedikit cairan dalam pleuranya.Cairan biasanya bersifat serosa, serosanguinea atau kemerahan (berdarah).Jika pneumuthoraks nya baru saja terjadi,hendaknya segera di tentukan apakah terjadi juga Hidrotoraks dapat timbul dengan cepat setelah terjadinya pneumothoraks pada kasus-kasus trauma perdarahan intra pleura atau perforasi esophagus (cairan lambung masuk ke dalam rongga pleura).
Bila terjadi hemo pneumothoraks,pemasangan pipa interkostal tetap di pertahankan untuk mengembangkan paru dan mengukur jumlah darah yang hilang.Pada pneumothoraks spontan perdarahan terjadi karena robeknya bagian perlengketan (adhesi) antara pleura viseralis dan parietalis.
4.      Pneumomediastinum Dan Emfisema Subkutan.
Adanya pneumomediastinum dapat di tentukan dengan pemeriksaan foto dada.Insidensinya adalah 1% dari seluruh pneumothoraks.Kelainan ini di mulai dari robeknya alveoli ke dalam jaringan interstisium paru dan kemudian di ikuti oleh pergerakan udara yang progresif ke arah lapisan fasia otot-otot leher (menimbulkan emfisema subkutan).
5.      Pneumuthoraks Simultan Bilateral.
Pneumothoraks yang terjadi pada kedua paru secara serentak ini terdapat pada 2% dari seluruh pneumuthoraks.Keadaan ini timbul sebagai kelanjutan pneumomediastinum yang secara sekunder berasal dari emfisema jaringan interstitial paru.Sebab lain bisa juga dari emfisem mediastinal yang berasal dari proferasi esophagus.
Pengobatan penyakit ini tergantung dari berat ringannya gejala.Bila ringan,pengobatannya sama dengan pneumothoraks spontan primer lainnya.
Bila berat (timbul sesak napas),perlu operasi torakotomi untuk mengobati sumber penyebabnya atau melakukan obliterasi secepatnya pada salah satu rongga pleura yang terkena.

6.      Pneumothoraks Kronik.
Pneumothoraks dinyatakan kronik bila ia tetap ada selama waktu lebih dari 3 bulan. Pneumothoraks kronik ini terjadi bila fistula bronco pleura ini adalah 5% dari seluruh pneumuthoraks.
Faktor penyebabnya :
a.Adanya perlengketan (adhesi) pleura yang menyebabkan robekan paru tetap terbuka.
b.Adanya fistula bronco pleura yang melalui bulla atau kista.
c.Adanya fistula bronco pleura yang melalui lesi penyakit seperti nodul rheumatoid atau tuberkuloma.
Pengobatan yang terbaik adalah dengan menutup fistula bronco pleura. Sebagian besar dilakukan dengan operasi torakotomi.Dengan operasi ini selain menutup fistula dilakukan juga pemotongan adhesi atau kalau perlu dilakukan pula dekortikasi.Kadang-kadang rongga pleura di hilangkan dengan melakukan abrasi pleura parietalis atau pleurektomi.

C.    PENATALAKSANAAN
Pengobatan harus cepat.Jarum nomor 16-18 dimasukkan kedalam area interkostal kedua,ketiga atau keempat pada garis midklavikula pada area yang sakit untuk mengurangi tekanan.Setelah ini diselesaikan, selang dada harus dipasang dan drainase segell air diberikan untuk mencegah bertambahnya tegangan lebih lanjut.Selain itu,dilakukan juga penutupan luka yang terbuka,observasi rawat jalan (pada pneumothorak kecil),Pemberian oksigen tambahan,respirasi udara dari rongga pleura. Pemasangan kateter dada yang dihubungkan dengan water sealed drainase (WSD).

ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) SPINA BIFIDA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Spina bifida adalah defek pada penutupan kolumna vertebralis dengan atau tanpa tingkatan protusi jaringan melalui celah tulang (Donna L. Wong, 2003). Penyakit spina bifida atau sering dikenal sebagai sumbing tulang belakang adalah salah satu penyakit yang banyak terjadi pada bayi. Penyakit ini menyerang medula spinalis dimana ada suatu celah pada tulang belakang (vertebra). Hal ini terjadi karena satu atau beberapa bagian dari vertebra gagal menutup atau gagal terbentuk secara utuh dan dapat menyebabkan cacat berat pada bayi, ditambah lagi penyebab utama dari penyakit ini masih belum jelas. Hal ini jelas mengakibatkan gangguan pada sistem saraf karena medula spinalis termasuk sistem saraf pusat yang tentunya memiliki peranan yang sangat penting dalam sistem saraf manusia. Jika medula spinalis mengalami gangguan, sistem-sistem lain yang diatur oleh medula spinalis pasti juga akan terpengaruh dan akan mengalami ganggusn pula. Hal ini akan semakin memperburuk kerja organ dalam tubuh manusia, apalagi pada bayi yang sistem tubuhnya belum berfungsi secara maksimal.
Fakta mengatakan dari 3 kasus yang sering terjadi pada bayi yang baru lahir di Indonesia yaitu ensefalus, anensefali, dan spina bifida, sebanyak 65% bayi yang baru lahir terkena spina bifida.Sementara itu fakta lain mengatakan 4,5% dari 10.000 bayi yang lahir di Belanda menderita penyakit ini atau sekitar 100 bayi setiap tahunnya. Bayi-bayi tersebut butuh perawatan medis intensif sepanjang hidup mereka. Biasanya mereka menderita lumpuh kaki, dan dimasa kanak-kanak harus dioperasi berulang kali.
Dalam hal ini perawat dituntut untuk dapat profesional dalam menangani hal-hal yang terkait dengan spina bifida misalnya saja dalam memberikan asuhan keperawatan harus tepat dan cermat agar dapat meminimalkan komplikasi yang terjadi akibat spina bifida.
1.2  Rumusan Masalah
Apakah definisi dari spina bifida?
Bagaimana etilogi dari spina bifida?
Apakah manifestasi klinis dari spina bifida?
Bagaimana patofisiologi pada spina bifida?
Bagaimana penatalaksaan serta pencegahan pada spina bifida?
Bagaimana pengkajian pada klien dengan spina bifida?
Bagaimana diagnosa pada klien dengan spina bifida?
Bagaimana intervensi pada klien dengan spina bifida?

1.3  Tujuan
Tujuan Umum
Menjelaskan tentang konsep penyakit spina bifida serta pendekatan asuhan keperawatannya.
Tujuan Khusus
Mengidentifikasi definisi dari spina bifida.
Mengidentifikasi etilogi spina bifida.
Mengidentifikasi manifestasi klinis spina bifida.
Menguraikan patofisiologi spina bifida
Mengidentifikasi  penatalaksaan serta pencegahan pada spina bifida
Mengidentifikasi pengkajian pada klien dengan spina bifida.
Mengidentifikasi diagnosa pada klien dengan spina bifida.
Mengidentifikasi intervensi pada klien dengan spina bifida.

1.4  Manfaat
Mahasiswa mampu memahami tentang penyakit neurologis spina bifida serta mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan spina bifida dengan pendekatan Student Centre Learning.


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Spina Bifida
Spina bifida merupakan suatu kelainan bawaan berupa defek pada arkus pascaerior tulang belakang akibat kegagalan penutupan elemen saraf dari kanalis spinalis pada perkembangan awal embrio (Chairuddin Rasjad, 1998). Keadaan ini biasanya terjadi pada minggu ke empat masa embrio. Derajat dan lokalisasi defek bervariasi, pada keadaan yang ringan mungkin hanya ditemukan kegagalan fungsi satu atau lebih dari satu arkus pascaerior vertebra pada daerah lumosakral. Belum ada penyebab yang pasti tentang kasus spina bifida. Spina bifida juga bias disebabkan oleh gagal menutupnya columna vertebralis pada masa perkembangan fetus. Defek ini berhubugan dengan herniasi jaringan dan gangguan fusi tuba neural.Gangguan fusi tuba neural terjadi beberapa minggu (21 minggu sampai dengan 28 minggu) setelah konsepsi, sedangkan penyebabnya belum diketahui dengan jelas.
Spina bifida adalah defek pada penutupan kolumna vertebralis dengan atau tanpa tingkatan protusi jaringan melalui celah tulang (Donna L. Wong, 2003). Spina bifida (Sumbing Tulang Belakang) adalah suatu celah pada tulang belakang (vertebra), yang terjadi karena bagian dari satu atau beberapa vertebra gagal menutup atau gagal terbentuk secara utuh.
(http:// www.medicasatore.com). Spina bifida adalah kegagalan arkus vertebralis untuk berfusi di posterior (Rosa.M.Sacharin,1996).



2.2 Klasifikasi
Kelainan pada spina bifida bervariasi, sehingga dikelompokkan menjadi beberapa jenis yaitu :
Spina Bifida Okulta
Merupakan spina bifida yang paling ringan. Satu atau beberapa vertebra tidak terbentuk secara normal, tetapi korda spinalis dan selaputnya (meningens) tidak menonjol. Spina bifida okulta merupakan cacat arkus vertebra dengan kegagalan fusi pascaerior lamina vertebralis dan seringkali tanpa prosesus spinosus, anomali ini paling sering pada daerah antara L5-S1, tetapi dapat melibatkan bagian kolumna vertebralis, dapat juga terjadi anomali korpus vertebra misalnya hemi vertebra. Kulit dan jaringan subkutan diatasnya bisa normal atau dengan seberkas rambut abnormal, telangietaksia atau lipoma subkutan. Spina bifida olkuta merupakan temuan terpisah dan tidak bermakna pada sekitar 20% pemerikasaan radiografis tulang belakang. Sejumlah kecil penderita bayi mengalami cacat perkembangan medula dan radiks spinalis fungsional yang bermakna. Secara patologis kelainan hanya berupa defek yang kecil pada arkus pascaerior.
Meningokel    
Meningokel melibatkan meningen, yaitu selaput yang bertanggung jawab untuk menutup dan melindungi otak dan sumsum tulang belakang. Jika Meningen mendorong melalui lubang di tulang belakang (kecil, cincin-seperti tulang yang membentuk tulang belakang), kantung disebut Meningokel. Meningokel memiliki gejala lebih ringan daripada myelomeningokel karena korda spinalis tidak keluar dari tulang pelindung, Meningocele adalah meningens yang menonjol melalui vertebra yang tidak utuh dan teraba sebagai suatu benjolan berisi cairan di bawah kulit dan ditandai dengan menonjolnya meningen, sumsum tulang belakang dan cairan serebrospinal. Meningokel seperti kantung di pinggang, tapi disini tidak terdaoat tonjolan saraf corda spinal. Seseorang dengan meningocele biasanya mempunyai kemampuan fisik lebih baik dan dapat mengontrol saluran kencing ataupun kolon.
Myelomeningokel
Myelomeningokel ialah jenis spina bifida yang kompleks dan paling berat, dimana korda spinalis menonjol dan keluar dari tubuh, kulit diatasnya tampak kasar dan merah. Penaganan secepatnya sangat di perlukan untuk mengurangi kerusakan syaraf dan infeksi pada tempat tonjolan tesebut. Jika pada tonjolan terdapat syaraf yamg mempersyarafi otot atau extremitas, maka fungsinya dapat terganggu, kolon dan ginjal bisa juga terpengaruh. Jenis myelomeningocale ialah jenis yang  paling sering dtemukan pada kasus spina bifida. Kebanyakan bayi yang lahir dengan jenis spina bifida juga memiliki hidrosefalus, akumulasi cairan di dalam dan di sekitar otak.

2.3 Etiologi
Resiko  melahirkan anak dengan spina bifida berhubungan erat dengan kekurangan asam folat, terutama yang terjadi pada awal kehamilan.
Penonjolan dari korda spinalis dan meningens menyebabkan kerusakan pada korda spinalis dan akar saraf, sehingga terjadi penurunan atau gangguan fungsi pada bagian tubuh yang dipersarafi oleh saraf tersebut atau di bagian bawahnya.
Gejalanya tergantung kepada letak anatomis dari spina bifida. Kebanyakan terjadi di punggung bagian bawah, yaitu daerah lumbal atau sakral, karena penutupan vertebra di bagian ini terjadi paling akhir.
Faktor genetik dan lingkungan (nutrisi atau terpapar bahan berbahaya) dapat menyebabkan resiko melahirkan anak dengan spina bifida.
Pada 95 % kasus spina bifida tidak ditemukan riwayat keluarga dengan defek neural tube. Resiko akan melahirkan anak dengan spina bifida 8 kali lebih besar bila sebelumnya pernah melahirkan anak spina bifida.
Kelainan yang umumnya menyertai penderita spina bifida antara lain:

Hidrosefalus
Siringomielia
Dislokasi pinggul.

2.4 Manifestasi Klinis
Gejalanya bervariasi, tergantung kepada beratnya kerusakan pada korda spinalis dan akar saraf yang terkena. Beberapa anak memiliki gejala ringan atau tanpa gejala; sedangkan yang lainnya mengalami kelumpuhan pada daerah yang dipersarafi oleh korda spinalis maupun akar saraf yang terkena.
Gejalanya berupa:
Penonjolan seperti kantung di punggung tengah sampai bawah pada bayi baru lahir jika disinari, kantung tersebut tidak tembus cahaya
Kelumpuhan/kelemahan pada pinggul, tungkai atau kaki
Penurunan sensasi.
Inkontinensia urin (beser) maupun inkontinensia tinja
Korda spinalis yang terkena rentan terhadap infeksi (meningitis).
Seberkas rambut pada daerah sakral (panggul bagian belakang).
Lekukan pada daerah sakrum.
Abnormalitas pada lower spine selalu bersamaan dengan abnormalitas upper spine (arnold chiari malformation) yang menyebabkan masalah koordinasi
Deformitas pada spine, hip, foot dan leg sering oleh karena imbalans kekuatan otot dan fungsi
Masalah bladder dan bowel berupa ketidakmampuan untuk merelakskan secara volunter otot (sphincter) sehingga menahan urine pada bladder dan feses pada rectum.
Hidrosefalus mengenai 90% penderita spina bifida. Inteligen dapat normal bila hirosefalus di terapi dengan cepat.
Anak-anak dengan meningomyelocele banyak yang mengalami tethered spinal cord. Spinal cord melekat pada jaringan sekitarnya dan tidak dapat bergerak naik atau turun secara normal. Keadaan ini menyebabkan deformitas kaki, dislokasi hip atau skoliosis. Masalah ini akan bertambah buruk seiring pertumbuhan anak dan tethered cord akan terus teregang.
Obesitas oleh karena inaktivitas
Fraktur patologis pada 25% penderita spina bifida, disebabkan karena kelemahan atau penyakit pada tulang.
Defisiensi growth hormon menyebabkan short statue
Learning disorder
Masalah psikologis, sosial dan seksual
Alergi karet alami (latex)

2.5 Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pemeriksaan dapat dilakukan pada ibu hamil dan bayi yang baru dilahirkan, pada ibu hamil, dapat dilakukan pemeriksaan :
Pada trimester pertama, wanita hamil menjalani pemeriksaan darah yang disebut triple screen yang terdiri dari pemeriksaan AFP, ultrasound dan cairan amnion.
Pada evaluasi anak dengan spina bifida, dilakukan analisis melalui riwayat medik, riwayat medik keluarga dan riwayat kehamilan dan saat melahirkan. Tes ini merupakan tes penyaringan untuk spina bifida, sindroma Down dan kelainan bawaan lainnya. Pemeriksaan fisik dipusatkan pada defisit neurologi, deformitas muskuloskeletal dan evaluasi psikologis. Pada anak yang lebih besar dilakukan asesmen tumbuh kembang, sosial dan gangguan belajar.
Pemeriksaan x-ray digunakan untuk mendeteksi kelainan tulang belakang, skoliosis, deformitas hip, fraktur pathologis dan abnormalitas tulang lainnya.
USG tulang belakang bisa menunjukkan adanya kelainan pada korda spinalis maupun vertebra dan lokasi fraktur patologis.
CT scan kepala untuk mengevaluasi hidrosepalus dan MRI tulang belakang untuk memberikan informasi pada kelainan spinal cord dan akar saraf.
85% wanita yang mengandung bayi dengan spina bifida atau defek neural tube, akan memiliki kadar serum alfa fetoprotein (MSAP atau AFP) yang tinggi. Tes ini memiliki angka positif palsu yang tinggi, karena itu jika hasilnya positif, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk memperkuat diagnosis. Dilakukan USG yang biasanya dapat menemukan adanya spina bifida. Kadang dilakukan amniosentesis (analisa cairan ketuban).
Setelah bayi lahir, dilakukan pemeriksaan berikut:
Rontgen tulang belakang untuk menentukan luas dan lokasi kelainan.
USG tulang belakang bisa menunjukkan adanya kelainan pda korda spinalis maupun vertebra
CT scan atau MRI tulang belakang kadang dilakukan untuk menentukan lokasi dan luasnya kelainan.

2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada penderita spina bifida memerlukan koordinasi tim yang terdiri dari spesialis anak, saraf, bedah saraf, rehabilitasi medik, ortopedi, endokrin, urologi dan tim terapi fisik, ortotik, okupasi, psikologis perawat, ahli gizi sosial worker dan lain-lain.
Urologi
Dalam bidang urologi, terapi pada disfungsi bladder dimulai saat periode neonatal sampai sepanjang hidup. Tujuan utamanya adalah :
Mengontrol inkotinensia
Mencegah dan mengontrol infeksi
Mempertahankan fungsi ginjal
Intermiten kateterisasi dapat dimulai pada residual urin > 20 cc dan kebanyakan anak umur 5 - 6 tahun dapat melakukan clean intermittent catheterization (CIC) dengan mandiri. Bila terapi konservatif gagal mengontrol inkontinensia, prosedur bedah dapat dipertimbangkan. Untuk mencegah refluk dapat dilakukan ureteral reimplantasi, bladder augmentation, atau suprapubic vesicostomy.
Orthopedi
Tujuan terapi ortopedi adalah memelihara stabilitas spine dengan koreksi yang terbaik dan mencapai anatomi alignment yang baik pada sendi ekstremitas bawah. Dislokasi hip dan pelvic obliquity sering bersama-sama dengan skoliosis paralitik. Terapi skoliosis dapat dengan pemberian ortesa body jacket atau Milwaukee brace. Fusi spinal dan fiksasi internal juga dapat dilakukan untuk memperbaiki deformitas tulang belakang. Imbalans gaya mekanik antara hip fleksi dan adduksi dengan kelemahan abduktor dan fungsi ekstensor menghasilkan fetal coxa valga dan acetabulum yang displastik, dangkal dan parsial. Hip abduction splint atau Pavlik harness digunakan 2 tahun pertama untuk counter gaya mekaniknya.
Pemanjangan tendon Achilles untuk deformitas equinus, flexor tenodesis atau transfer dan plantar fasciotomi untuk deformitas claw toe dan pes cavus yang berat. Subtalar fusion, epiphysiodesis, triple arthrodesis atau talectomi dilakukan bila operasi pada jaringan lunak tidak memberikan hasil yang memuaskan.
Rehabilitasi Medik
Sistem Muskuloskeletal
Latihan luas gerak sendi pasif pada semua sendi sejak bayi baru lahir dilakukan seterusnya untuk mencegah deformitas muskuloskeletal. Latihan penguatan dilakukan pada otot yang lemah, otot partial inervation atau setelah prosedur tendon transfer.
Perkembangan Motorik
Stimulasi motorik sedini mungkin dilakukan dengan memperhatikan tingkat dari defisit neurologis.
Ambulasi
Alat bantu untuk berdiri dapat dimulai diberikan pada umur 12 – 18 bulan. Spinal brace diberikan pada kasus-kasus dengan skoliosis. Reciprocal gait orthosis (RGO) atau Isocentric Reciprocal gait orthosis (IRGO) sangat efektif digunakan bila hip dapat fleksi dengan aktif. HKAFO digunakan untuk mengkompensasi instabilitas hip disertai gangguan aligment lutut. KAFO untuk mengoreksi fleksi lutut agar mampu ke posisi berdiri tegak. Penggunaan kursi roda dapat dimulai saat tahun kedua terutama pada anak yang tidak dapat diharapkan melakukan ambulasi.
Bowel training
Diet tinggi serat dan cairan yang cukup membantu feses lebih lunak dan berbentuk sehingga mudah dikeluarkan. Pengeluaran feses dilakukan 30 menit setelah makan dengan menggunakan reflek gastrokolik. Crede manuver dilakukan saat anak duduk di toilet untuk menambah kekuatan mengeluarkan dan mengosongkan feses Stimulasi digital atau supositoria rektal digunakan untuk merangsang kontraksi rektal sigmoid. Fekal softener digunakan bila stimulasi digital tidak berhasil.
Pembedahan
Pembedahan dilakukan secepatnya pada spina bifida yang tidak tertutup kulit, sebaiknya dalam minggu pertama setelah lahir. Kadang-kadang sebagai akibat eksisi meningokel terjadi hidrosefalus sementara atau menetap, karena permukaan absorpsi CSS yang berkurang. Kegagalan tabung neural untuk menutup pada hari ke-28 gestasi, atau kerusakan pada strukturnya setelah penutupan dapat dideteksi in utero dengan pemeriksaan ultrasonogrfi. Pada 90% kasus, kadar alfa-fetoprotein dalam serum ibu dan cairan amnion ditemukan meningkat; penemuan ini sering digunakan sebagai prosedur skrining. Keterlibatan baik kranial maupun spinal dapat terjadi; terminology spina bifida digunakan pada keterlibatan spinal, apabila malformasi SSP disertai rachischisis maka terjadi kegagalan lamina vertebrata.
Posisi tengkurap mempengaruhi aspek lain dari perawatan bayi. Misalnya, posisi bayi ini, bayi lebih sulit dibersihkan, area-area ancaman merupakan ancaman yang pasti, dan pemberian makanan menjadi masalah.
Bayi biasanya diletakkan di dalam incubator atau pemanas sehingga temperaturnya dapat dipertahankan tanpa pakaian atau penutup yang dapat mengiritasi lesi yang rapuh. Apabila digunakan penghangat overhead, balutan di atas defek perlu sering dilembabkan karena efek pengering dari panas yang dipancarkan. Sebelum pembedahan, kantung dipertahankan tetap lembap dengan meletakkan balutan steril, lembab, dan tidak lengket di atas defek tersebut. Larutan pelembab yang dilakukan adalah salin normal steril. Balutan diganti dengan sering (setiap 2 sampai 4 jam). Dan sakus tersebut diamati dengan cermat terhadap kebocoran, abrasi, iritasi, atau tanda-tanda infeksi. Sakus tersebut harus dibersihkan dengan sangat hati-hati jika kotor atau terkontaminasi. Kadang-kadang sakus pecah selama pemindahan dan lubang pada sakus meningkatkan resiko infeksi pada system saram pusat.
Latihan rentang gerak ringan kadang-kadang dilakukan untuk mencegah kontraktur, dan meregangkan kontraktur dilakukan, bila diindikasikan. Akan tetapi latihan ini dibatasi hanya pada kaki, pergelangan kaki dan sendi lutut. Bila sendi panggul tidak stabil, peregangan terhadap fleksor pinggul yang kaku atau otot-otot adductor, mempererat kecenderungan subluksasi.
Penurunan harga diri menjadi ciri khas pada anak dan remaja yang menderita keadaan ini. Remaja merasa khawatir akan kemampuan seksualnya, penguasaan social, hubungan kelompok remaja sebaya, dan kematangan serta daya tariknya. Beratnya ketidakmampuan tersebut lebih berhubungan dengan persepsi diri terhadap kemampuannya dari pada ketidakmampuan yang sebenarnya ada pada remaja itu.

2.7 Komplikasi
Komplikasi yang lain dari spina bifida yang berkaitan dengan kelahiran antara lain adalah:
1. Paralisis cerebri
2. Retardasi mental
3. Atrofi optic
4. Epilepsi
5. Osteo porosis
6. Fraktur (akibat penurunan massa otot)
7. Ulserasi, cidera, dikubitus yang tidak sakit.
 Infeksi urinarius sangat lazim pada pasien inkontinen. Meningitis dengan organisme campuran lazim ditemukan bila kulit terinfeksi atau terdapat sinus. Pada beberapa kasus, filum terminale medulla spinalis tertambat atau terbelah oleh spur tulang (diastematomielia), yang dapat menimbulkan kelemahan tungkai progresif pada pertumbuhan. Sendi charcot dapat terjadi dengan disorganisasi pergelangan kaki, lutut atau coxae yang tak nyeri. Hidrosefalus karena malformasi Arnold-chiari sering ditemukan.
2.8 Prognosis
            Prognosis spina bifida tergantung pada berat ringannya abnormalitas. Prognosis terburuk bila terdapat paralisis komplet, hidrosefalus dan defek kongenital lainnya. Dengan penanganan yang baik, sebagian besar anak-anak dengan spina bifida dapat hidup sampai usia dewasa.

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1    Pengkajian
3.1.1 Anammesa
Identitas pasien
Nama, jenis kelamin, umur, alamat, nama ayah, nama ibu, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu.
Keluhan utama
Terjadi abnormalitas keadaan medula spinalis pada bayi yang baru dilahirkan.
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit terdahulu
Riwayat keluarga
Saat hamil ibu jarang atau tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung asam folat misalnya sayuran, buah-buahan (jeruk,alpukat), susu, daging, dan hati.
Ada anggota keluarga yang terkena spina bifida.
3.2.2   Pemeriksaan Fisik
B1 (Breathing) : normal
B2 (Blood) : takikardi/bradikardi, letargi, fatigue
B3 (Brain) :
Peningkatan lingkar kepala
Adanya myelomeningocele sejak lahir
Pusing
B4 (Bladder) : Inkontinensia urin
B5 (Bowel)   : Inkontinensia feses
B6 (Bone)    : Kontraktur/ dislokasi sendi, hipoplasi ekstremitas bagian bawah
3.3    Diagnosa
Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan spinal malformation dan luka operasi
Berduka berhubungan dengan kelahiran anak dengan spinal malformation
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kebutuhan positioning, defisit stimulasi dan perpisahan
Risiko tinggi trauma berhubungan dengan lesi spinal
Resiko tinggi cedera berhubungan dengan peningkatan intra kranial (TIK)
Risiko tinggi kerusakan integritas kulit dan eleminasi urin berhubungan dengan paralisis, penetesan urin yang kontinu dan feses.

3.3  Intervensi
Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan spinal malformation dan luka operasi
Tujuan :
Anak bebas dari infeksi
Anak menunjukan respon neurologik yang normal
Kriteria hasil :
Suhu dan TTV normal, Luka operasi, insisi bersih.
Intervensi
Rasional
1. Monitor tanda-tanda vital. Observasi tanda infeksi : perubahan suhu, warna kulit, malas minum , irritability, perubahan warna pada myelomeingocele.
2. Ukur lingkar kepala setiap 1 minggu sekali, observasi fontanel dari cembung dan palpasi sutura kranial
3. Ubah posisi kepala setiap 3 jam untuk mencegah dekubitus
4. Observasi tanda-tanda infeksi dan obstruksi jika terpasang shunt, lakukan perawatan luka pada shunt dan upayakan agar shunt tidak tertekan
Untuk melihat tanda-tanda terjadinya resiko infeksi



Untuk melihat dan mencegah terjadinya TIK dan hidrosepalus

Untuk mencegah terjadinya luka infeksi pada kepala (dekubitus)

Menghindari terjadinya luka infeksi dan trauma terhadap pemasangan shunt

Berduka b.d kelahiran anak dengan spinal malformation
Tujuan :
Orangtua dapat menerima anaknya sebagai bagian dari keluarga
Kriteria hasil :
Orangtua mendemonstrasikan menerima anaknya dengan menggendong, memberi minum, dan ada kontak mata dengan anaknya
 Orangtua membuat keputusan tentang pengobatan
Orangtua dapat beradaptasi dengan perawatan dan pengobatan anaknya
Intervensi
Rasional
Dorong orangtua mengekspresikan perasaannya dan perhatiannya terhadap bayinya, diskusikan perasaan yang berhubungan dengan pengobatan anaknya
Bantu orangtua mengidentifikasi aspek normal dari bayinya terhadap pengobatan
Berikan support orangtua untuk membuat keputusan tentang pengobatan pada anaknya
Untuk meminimalkan rasa bersalah dan saling menyalahkan

Memberikan stimulasi terhadap orangtua untuk mendapatkan keadaan bayinya yang lebih baik
Memberikan arahan/suport terhadap orangtua untuk lebih mengetahui keadaan selanjutnya yang lebih baik terhadap bayi

Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kebutuhan positioning, defisit stimulasi dan perpisahan
Tujuan :
Anak mendapat stimulasi perkembangan
Kriteria hasil :
Bayi / anak berespon terhadap stimulasi yang diberikan
Bayi / anak tidak menangis berlebihan
Orangtua dapat melakukan stimulasi perkembangan yang tepat untuk bayi / anaknya
Intervensi
Rasional
Ajarkan orangtua cara merawat bayinya dengan memberikan terapi pemijatan bayi
Posisikan bayi prone atau miring kesalahasatu sisi
Lakukan stimulasi taktil/pemijatan saat melakukan perawatan kulit
Agar orangtua dapat mandiri dan menerima segala sesuatu yang sudah terjadi
Untuk mencegah terjadinya luka infeksi dan tekanan terhadap luka
Untuk mencegah terjadinya luka memar dan infeksi yang melebar disekitar luka

Risiko tinggi trauma berhubungan dengan lesi spinal
Tujuan :
Pasien tidak mengalami trauma pada sisi bedah/lesi spinal
Kriteria Hasil:
Kantung meningeal tetap utuh
Sisi pembedahan sembuh tanpa trauma
Intervensi
Rasional
Rawat bayi dengan cermat
Tempatkan bayi pada posisi  telungkup atau miring
Gunakan alat pelindung di sekitar kantung ( mis : slimut plastik bedah)
Modifikasi aktifitas keperawatan rutin (mis : memberi makan, member kenyamanan)
Untuk mencegah kerusakan pada kantung meningeal atau sisi pembedahan Untuk meminimalkan tegangan pada kantong meningeal atau sisi pembedahan

Untuk memberi lapisan pelindung agar tidak terjadi iritasi serta infeksi

Mencegah terjadinya trauma

Resiko tinggi cedera berhubungan dengan peningkatan intra kranial (TIK)
Tujuan : pasien tidak mengalami peningkatan tekanan intrakranial
Kriteria Hasil :   anak tidak menunjukan bukti-bukti peningkatan TIK
Intervensi
Rasional
Observasi dengan cermat adanya tanda-tanda peningkatan TIK
Lakukan pengkajian Neurologis dasar pada praoperasi
Hindari sedasi
Ajari keluarga tentang tanda-tanda peningkatan TIK dan kapan harus memberitahu
Untuk mencegah keterlambatan tindakan
Sebagai pedoman untuk pengkajian pascaoperasi dan evaluasi fungsi firau
Karena tingat kesadaran adalah pirau penting dari peningkatan TIK
Praktisi kesehatan untuk mencegah keterlambatan tindakan

Risiko tinggi kerusakan integritas kulit dan eleminasi urin berhubungan dengan paralisis, penetesan urin yang kontinu dan feses
Tujuan :
pasien tidak mengalami iritasi kulit dan gangguan eleminasi urin
Kriteria hasil :
kulit tetap bersih dan kering tanpa bukti-bukti iritasi dan gangguan eleminasi.
Intervensi
Rasional
Jaga agar area perineal tetap bersih dan kering dan tempatkan anak pada permukaan pengurang tekanan.
Masase kulit dengan perlahan selama pembersihan dan pemberian lotion.
Berikan terapi stimulant pada bayi
Untuk mengrangi tekanan pada lutut dan pergelangan kaki selama posisi telengkup
Untuk meningkatkan sirkulasi.

Untuk memberikan kelancaran eleminasi

 DOWNLOAD : WOC ASKEP SPINA BIFIDA

BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Spina bifida merupakan suatu kelainan bawaan berupa defek pada arkus pascaerior tulang belakang akibat kegagalan penutupan elemen saraf dari kanalis spinalis pada perkembangan awal embrio (Chairuddin Rasjad, 1998). Keadaan ini biasanya terjadi pada minggu ke empat masa embrio.
Kelainan pada spina bifida bervariasi, sehingga dikelompokkan menjadi beberapa jenis yaitu : spina bifida okulta, meningokel, dan myelomeningokel.
Faktor genetik dan lingkungan (nutrisi atau terpapar bahan berbahaya) dapat menyebabkan resiko melahirkan anak dengan spina bifida.
Kelainan yang umumnya menyertai penderita spina bifida antara lain: hidrosefalus, siringomielia,dan dislokasi pinggul.
Tanda-tanda fisik yang umumnya bisa dilihat adalah penonjolan seperti kantung di punggung tengah sampai bawah pada bayi baru lahir jika disinari, kantung tersebut tidak tembus cahaya dan kelumpuhan/kelemahan pada pinggul, tungkai atau kaki.
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada klien dengan spina bifida adalah  pembedahan, bowel training, ambulasi, rehabilitasi medik, orthopedik, dan urologi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2009.Laporan Pendahuluan Spina Bifida.Diakses dari : http://mvzpry.blogspot.com/2009/05/laporan-pendahuluan-spina-bifida.html. Pada: 10 November 2010. Jam : 11.00 WIB.
Anonim.2010.Sfina Bifida. Diakses dari: http://www.forumsains.com/kesehatan/spina-bifida/. Pada: 8 November 2010 jam 12.00 WIB.
Corwin, Elizabeth J.2009.Buku saku Patofisiologi.Jakarta: EGC.
Donna dan Shannon.1999.Maternal Child Nursing Care.USA: Mosby.
Muttaqin, Arif.2008.Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan.Jakarta: Salemba Medika.
Zaa23.2009.Spina Bifida. Diakses dari: http://zaa23.wordpress.com/2009/05/13/spina-bifida/. Pada : 10 November 2010. Jam : 10.00 WIB.

Jenis-jenis Phobia

Sabtu, 29 Oktober 2011

Berikut dibawah ini, daftar lengkap jenis jenis Fobia,


JENIS JENIS PHOBIA

Takut Hamil =Tocophobia,
Takut Hantu =Bogyphobia,
Takut Hantu =Phasmophobia,
Takut Hantu =Spectrophobia,
Takut Hujan =Ombrophobia,
Takut Hujan =Pluviophobia,
Takut Hukum =Dikephobia,
Takut Hukuman =Poinephobia,
Takut Hutan =Hylophobia,
Takut Hutan =Xylophobia,
Takut Hutan di Malam Hari =Nyctophobia,
Takut Ibu Tiri =Novercaphobia,
Takut Ide =Ideophobia,
Takut Ide Baru =Cenophobia,
Takut Ikan =Ichthyophobia,
Takut Inggris =Anglophobia,
Takut Insektisida =Entomophobia,
Takut Istilah Latin =Hellenologophobia,
Takut Jadi Gila =Lysssophobia,
Takut Jadi Homoseks =Homophobia,
Takut Jahudi =Judeophobia,
Takut Jalan =Ambulophobia,
Takut Jamur =Mycophobia,
Takut Jarum =Aichmophobia,
Takut Jatuh - Basiphobia
Takut Jatuh Cinta =Philophobia,
Takut Jelek =Cacophobia,
Takut Jembatan Penyeberangan =Gephydrophobia,
Takut Jenggot =Pogonophobia,
Takut Jenis Kelamin Berbeda =Heterophobia,
Takut Jepang =Japanophobia,
Takut Jerman =Germanophobia,
Takut Jerman =Teutophobia,
Takut Jomblo =Anuptaphobia,
Takut Jum’at ke 13 =Paraskavedekatriaphobia,
Takut Kabut =Homichlophobia,
Takut Kacang =Arachibutyrophobia,
Takut Kaget =Hormephobia,
Takut Kain Lap =Vestiphobia,
Takut Kain Satin =Satanophobia,
Takut Kalah =Kakorrhaphiophobia,
Takut Kanker - Carcinophobia,
Takut Kanker =Cancerophobia,
Takut Kata Kata =Logophobia,
Takut Kata Kata =Verbophobia,
Takut Kata Panjang = Hippopotomonstrosesquippedaliophobia,
Takut Kata yang Panjang =Sesquipedalophobia,
Takut Katak =Ranidaphobia,
Takut Kaya =Plutophobia,
Takut Ke Sekolah =Didaskaleinophobia,
Takut Kecelakaan =Dystychiphobia,
Takut Kedalaman =Bathophobia,
Takut Kedokter =Iatrophobia,
Takut Kegelapan =Myctophobia,
Takut Kegelapan =Scotophobia,
Takut Kejatuhan Benda =Atephobia,
Takut Kekacauan =Demophobia,
Takut Kelahiran =Parturiphobia,
Takut Kelainan Bentuk =Dysmorphophobia,
Takut Kelamin Wanita =Eurotophobia,
Takut Kemajuan =Prosophobia,
Takut Kembali ke Rumah =Nostophobia,
Takut Kembung =Anginophobia,
Takut Kencing =Urophobia,
Takut Keramaian =Agoraphobia,
Takut Kerang-Kerangan =Ostraconophobia,
Takut Kereta Api = Diderodromophobia,
Takut Keriput =Rhytiphobia,
Takut Kerja Berlebihan =Ponophobia,
Takut Kertas =Papyrophobia,
Takut Kesakitan =Agliophobia,
Takut Ketinggian =Altophobia,,
Takut Ketinggian =Hypsiphobia,
Takut Ketularan =Tapinophobia,
Takut Keturunan =Patroiophobia,
Takut Kezaliman =Tyrannophobia,
Takut Kilat =Brontophobia,
Takut Kodok =Bufonophobia,
Takut Komputer =Cyberphobia,
Takut Komputer =Logizomechanophobia,
Takut Kotor =Automysophobia,
Takut Kotoran =Myxophobia,
Takut Kriminal =Peccatophobia,
Takut Kristal =Crystallophobia,
Takut Kuburan =Coimetrophobia,
Takut Kucing =Ailurophobia,
Takut Kucing =Elurophobia,
Takut Kucing =Felinophobia,
Takut Kuda =Equinophobia,
Takut Kuda =Hippophobia,
Takut Kulit Binatang =Doraphobia,
Takut Kuman =Spermatophobia,
Takut Kunci - Chronomentrophobia,
Takut Kutu =Pediculophobia,
Takut Laba Laba =Arachnophobia,
Takut Laki Laki =Androphobia,
Takut Laki Laki =Arrhenophobia,
Takut Lampu Sorot =Selaphobia,
Takut Laut =Thalassophobia,
Takut Lawan Jenis =Sexophobia,
Takut Lebah =Apiphobia,
Takut Lecet =Amychophobia,
Takut Lelah =Kopophobia,
Takut Lembab =Hygrophobia,
Takut Lengket di Langit Mulut =Arachibutyrophobia,
Takut Listrik =Enochlophobia,
Takut Logam =Metallophobia,
Takut Lompat =Catapedaphobia,
Takut Luka =Dematophobia,
Takut Luka =Traumatophobia,
Takut Lumpuh =Poliosophobia,
Takut Lumpur =Blennophobia,
Takut Lutut - Genuphobia,
Takut Mabuk Udara =Aeronausiphobia,
Takut Makan =Phagophobia,
Takut Makan =Sitiophobia,
Takut Makanan - Cibophobia,
Takut Makanan =Sitophobia,
Takut Mal Praktek =Ergasiophobia,
Takut Malam =Noctiphobia,
Takut Maling =Scelerophobia,
Takut Mandek =Ankylophobia,
Takut Mandi - Ablutophobia,
Takut Marah =Angrophobia,
Takut Masak =Mageirocophobia,
Takut Mata Kabur =Diplophobia,
Takut Mata Mata =Ommatophobia,
Takut Matahari =Heliophobia,
Takut Matahari - Phengophobia,
Takut Mati =Necrophobia,
Takut Mati =Thantophobia,
Takut Melahirkan =Lockiophobia,
Takut Melahirkan =Maieusiophobia,
Takut Melarat - Peniaphobia
Takut Melihat Massa =Ochlophobia,
Takut Membelakangi =Dishabiliophobia,
Takut Membuat Keputusan =Decidophobia,
Takut Membuat Perubahan =Tropophobia,
Takut Membuka Satu Mata =Optophobia,
Takut Membusuk =Seplophobia,
Takut Menari - Chorophobia,
Takut Mencium =Philemaphobia,
Takut Mendengar Kata Tertentu =Onomatophobia,
Takut Menderita =Panthophobia,
Takut Menganggur =Domatophobia,
Takut Mengingat =Mnemophobia,
Takut Menikah =Gamophobia,
Takut Menjadi Sakit =Nosemaphobia,
Takut Menstruasi =Monophobia,
Takut Menua =Gerascophobia,
Takut Menulis di Papan =Scriptophobia,
Takut Menunggu Lama =Macrophobia,
Takut Menyeberang =Agyrophobia,
Takut Menyeberang Jalan =Dromophobia,
Takut Merasa Nyaman =Hedonophobia,
Takut Mertua =Pentheraphobia,
Takut Mertua =Soceraphobia,
Takut Mesin =Mechanophobia,
Takut Meteor =Meterorophobia,
Takut Mikroba =Bacillophobia,
Takut Mikroba =Microbiophobia,
Takut Milik =Orthophobia,
Takut Mimisan =Epistaxiophobia,
Takut Mimpi =Oneirophobia,
Takut Mimpi Basah =Oneirogmophobia,
Takut Minum Obat =Pharmacophobia,
Takut Minuman =Dipsophobia,
Takut Mitos =Mythophobia,
Takut Mobil =Motorphobia,
Takut Monster =Teratophobia,
Takut Mukanya Merah =Ereuthophobia,
Takut Mulut Kejang =Tetanophobia,
Takut Muntahan =Emetophobia,
Takut Naik Mobil =Ochophobia,
Takut Naik Pesawat =Aerophobia,
Takut Naik Pesawat =Aviophobia,
Takut Nama Nama =Namatophobia,
Takut Neraka =Hadephobia,
Takut Neraka =Stigiophobia,
Takut Ngaca =Eisoptrophobia,
Takut Ngaceng =Ithypallophobia,
Takut Ngebut =Tachophobia,
Takut Ngengat =Mottophobia,
Takut Noda =Rupophobia,
Takut Nomer =Numerophobia,
Takut Nyeri =Algophobia,
Takut Nyeri =Odynephobia,
Takut Obat Baru =Neopharmaphobia,
Takut Ombak =Cymophobia,
Takut Operasi =Tomophobia,
Takut Orang Asing =Xenophobia,
Takut Orang Asing =Xenophobia,
Takut Orang Botak =Peladophobia,
Takut Orang Buntung - Apotemnophobia,
Takut Orang Suci – Hagiophobia,
Takut Otot Gerak Sendiri – Ataxiophobia,
Takut Panas – Thermophobia,
Takut Parasit – Parasitophobia,
Takut Paus – Papaphobia,
Takut Pelecehan Seksual – Agraphobia,
Takut Pelecehan Seksual – Contreltophobia,
Takut Peluru – Ballistophobia,
Takut Pembicaraan Dinner – Deipnophobia,
Takut Pemerkosa – Virginitiphobia,
Takut Pendapat – Allodoxaphobia,
Takut Pendeta – Hierophobia,
Takut Pengemis – Hobophobia,
Takut Pengetahuan – Epistemphobia,
Takut Pengetahuan – Gnosiophobia,
Takut Penis – Phallophobia,
Takut Penis Berdiri – Medorthophobia,
Takut Penis Loyo – Medomalacuphobia,
Takut Penyakit – Pathophobia,
Takut Penyimpangan Seks – Paraphobia,
Takut Peralatan Listrik – Electrophobia,
Takut Perancis – Francophobia,
Takut Perjalanan – Hodophobia,
Takut Perkara Hukum – Liticaphobia,
Takut Perubahan – Metathesiophobia,
Takut Petir – Astrapophobia,
Takut Pikiran – Psychophobia,
Takut Pin – Balenephobia,
Takut Pin – Enetophobia,
Takut Pingsan – Ashenophobia,
Takut Pohon – Dendrophobia,
Takut Politikus – Politicophobia,
Takut Pria – Hominophobia,
Takut Puisi – Mertophobia,
Takut Pusaran Air – Dinophobia,
Takut Rabies – Hydrophobophobia,
Takut Rabies – Kynophobia,
Takut Racun – Iophobia,
Takut Racun - Toxiphobia
Takut Rambut – Chaetophobia,
Takut Rambut – Trichopathophobia,
Takut Rasa – Geumaphobia,
Takut Rayap – Isopterophobia,
Takut Reptil - Batrachophobia,
Takut Reptil – Herpetophobia,
Takut Ruang Kosong – Cenophobia,
Takut Ruangan – Koinoniphobia,
Takut Ruangan Kosong – Kenophobia,
Takut Rumah – Ecophobia,
Takut Rumah Sakit – Nosocomephobia,
Takut Rusia – Russophobia,
Takut Sakit Demam – Pyrexiophobia,
Takut Sakit Diabetes – Diabetophobia,
Takut Sakit Ginjal – Albuminurophobia,
Takut Sakit Jantung – Cardiophobia,
Takut Sakit Jiwa – Dementophobia,
Takut Sakit Jiwa – Maniaphobia,
Takut Sakit Kelamin – Cyprianophobia,
Takut Sakit Kolera - Cholerophobia,
Takut Sakit Kulit – Dermatophathophobia,
Takut Sakit Kusta – Leprophobia,
Takut Sakit Otak – Meningitiophobia,
Takut Sakit Syphilis – Syphilophobia,
Takut Sakit Syphillis – Luiphobia,
Takut Salib – Staurophobia,
Takut Salju – Chionophobia,
Takut Sama Gadis – Parthenophobia,
Takut Sapi Jantan – Taurophobia,
Takut Saudara – Syngenesophobia,
Takut Sayuran – Lachanophobia,
Takut Segala Sesuatu – Polyphobia,
Takut Segalanya – Panophobia,
Takut Sekitar Rumah – Eicophobia,
Takut Sekitar Rumah – Oikophobia,
Takut Sekolah – Scoionophobia,
Takut Seks – Genophobia,
Takut Semangat – Pneumatiphobia,
Takut Semut – Myrmecophobia,
Takut Sendiri – Isolophobia,
Takut Sendirian – Autophobia,
Takut Sendirian – Monophobia,
Takut Senjata Api – Hoplophobia,
Takut Senjata Nuklir – Nucleomituphobia,
Takut Sepeda – Cyclophobia,
Takut Serangga – Epistaxiophobia,
Takut Serangga – Insectophobia,
Takut Seruling – Aulophobia,
Takut Sesuatu dari Kiri – Sinistrophobia,
Takut Sesuatu yang Baru – Kainolophobia,
Takut Sesuatu yang Baru – Neophobia,
Takut Sesuatu yang Besar – Megalophobia,
Takut Sesuatu yang Kecil – Microphobia,
Takut Silau – Photoaugliaphobia,
Takut Simbol – Symbolophobia,
Takut Simetris – Symmetrophobia,
Takut Sinar X – Radiophobia,
Takut Situasi yang Menakutkan – Counterphobia,
Takut Skabies – Scabiophobia,
Takut Suara – Acousticophobia,
Takut Suara Keras – Ligyrophobia,
Takut Suara Telpon – Phonophobia,
Takut Subuh – Eosophobia,
Takut Sungai – Potamophobia,
Takut Surga – Ouranophobia,
Takut Surga – Uranophobia,
Takut Susah Be’ol – Coprastasophobia,
Takut Tabuhan – Spheksophobia,
Takut *** – Coprophobia,
Takut Takut Anak Anak – Pedophobia,
Takut Tali – Cnidophobia,
Takut Tambah Berat – Obesophobia,
Takut Tambah Berat – Pocrescophobia,
Takut Tanaman – Batonophobia,
Takut Tangga – Climacophobia,
Takut Tanggung Jawab – Paralipophobia,
Takut Tantangan – Heresyphobia,
Takut Tawon – Melissophobia,
Takut TBC – Phthisiophobia,
Takut TBC – Tuberculophobia,
Takut Tebing – Cremnophobia,
Takut Teknologi – Technophobia,
Takut Tekstur Tertentu – Textophobia,
Takut Telanjang – Gymnophobia,
Takut Telanjang – Nudophobia,
Takut Telpon – Telephophobia,
Takut Tempat Sempit – Stenophobia,
Takut Tempat Terbuka – Agoraphobia,
Takut Tempat Tertentu – Topophobia,
Takut Tempat Tertutup – Claustrophobia,
Takut Tempat Tinggi Terbuka – Aeroacrophobia,
Takut Terbahak – Geliophobia,
Takut Terbang – Pteromerhanophobia,
Takut Tergantung pada Orang – Soteriophobia,
Takut Terkontaminasi Debu – Misophobia,
Takut Terkunci – Cleisiophobia,
Takut Tidak Sempurna – Atelophobia,
Takut Tidak Simetris – Asymmetriphobia,
Takut Tidur – Clinophobia,
Takut Tidur – Somniphobia,
Takut Tikus – Murophobia,
Takut Tikus – Suriphobia,
Takut Tikus Besar – Zemmiphobia,
Takut Tornado – Lilapsophobia,
Takut Tuhan – Theophobia,
Takut Tulisan Tangan – Graphophobia,
Takut Tuma – Verminophobia,
Takut Uang - Chrematophobia,
Takut Ujian – Tertaphobia,
Takut Ular – Ophidiophobia,
Takut Ular – Snakephobia,
Takut Upacara Seremonial – Teleophobia,
Takut Vaksinasi – Vaccinophobia,
Takut Vertigo – Illyngophobia,
Takut Waktu - Chronophobia,
Takut Wangi-Wangian – Osphesiophobia,
Takut Wanita – Gynephobia,
Takut Wanita Cantik – Caligynephobia,
Takut Wanita Cantik – Venustraphobia,
Takut Wanita Sihir – Vitricophobia,
Takut Warga – Anthropophobia,
Takut Warna - Chromatophobia,
Takut Warna Hitam – Melanophobia,
Takut Warna Kuning – Xanthophobia,
Takut Warna Putih – Leukophobia,
Takut Warna Ungu – Porphyrophobia,
Takut Wayang – Pupaphobia.
Takut Air = Hydrophobia,
Takut Agama = Theologicophobia,
Takut Alat Kelamin = Kolpophobia,
Takut Aliran Udara = Aerophobia,
Takut Alkohol = Methyphobia,
Takut Alkohol = Potophobia,
Takut Amnesia = Amnesiphobia,
Takut Anggur = Oenophobia,
Takut Angin = Ancraophobia,
Takut Angka = Arithmophobia,
Takut Angka 13 - Triskaidekaphobia,
Takut Angka 8 = Octophobia,
Takut Anjing = Cynophobia,
Takut Anjing Laut = Lutraphobia,
Takut Anus = Rectophobia,
Takut Api = Arsonphobia,
Takut Api = Pyrophobia,
Takut Awan = Nephophobia,
Takut Ayam = Alektorophobia,
Takut Ayan = Hylephobia,
Takut Badut = Coulrophobia,
Takut Bahan Kimia - Chemophobia,
Takut Bangunan Tinggi = Batophobia,
Takut Banjir = Antlophobia,
Takut Bapak Tiri = Vitricophobia,
Takut Batu Nisan = Placophobia,
Takut Bau Badan = Bromidrosiphobia,
Takut Bau Bauan = Olfactophobia,
Takut Bau Busuk = Autodysomophobia,
Takut Bawa Mobil - Amaxophobia,
Takut Bawang Putih = Alliumphobia,
Takut Bayangan = Sciaphobia,
Takut Bebas = Eleutherophobia,
Takut Belanda = Dutchphobia,
Takut Benang = Linonophobia,
Takut Benda di Sebelah Kanan = Dextrophobia,
Takut Benda di Sebelah Kiri = Levophobia,
Takut Berantakan = Ataxophobia,
Takut Berbicara = Laliophobia,
Takut Bercinta = Malaxophobia,
Takut Bercinta = Sarmassophobia,
Takut Berdosa = Hamartophobia,
Takut Berfikir = Phronemophobia,
Takut Berita Baik = Euphobia,
Takut Berjalan = Stasibasiphobia,
Takut Berjanji = Enissophobia,
Takut Berkotbah = Homilophobia,
Takut Berlarut = Apeirophobia,
Takut Bersenggama = Coitophobia,
Takut Bertanggung Jawab = Hypegiaphobia,
Takut Binatang = Zoophobia.
Takut Binatang Liar = Agrizoophobia,
Takut Binatang Melata = Herpetophobia,
Takut Bintang = Astrophobia,
Takut Bintang = Siderophobia,
Takut Bintang Berekor = Cometophobia,
Takut Bom Atom = Atomosophobia,
Takut Boneka = Pediophobia,
Takut Boneka Bersuara Perut = Automatonophobia,
Takut Bosan = Xerophobia,
Takut Botak = Phalacrophobia,
Takut Buang Air Besar = Rhypophobia,
Takut Buku = Bibliophobia,
Takut Bulan = Selenophobia,
Takut Bulu Ayam = Pteronophobia,
Takut Bunga = Anthophobia,
Takut Bunga Es = Pagophobia,
Takut Bungkuk = Kyphophobia,
Takut Burung = Ornithophobia,
Takut Buta = Scotomaphobia,
Takut Cabut Gigi = Odontophobia,
Takut Cacing = Helminthophobia,
Takut Cacing = Scoleciphobia,
Takut Cacing Pita = Taeniophobia,
Takut Cacing Pita **** = Trichinophobia,
Takut Cahaya = Photophobia,
Takut Cahaya dari Utara = Auroraphobia,
Takut Caplak = Phthiriophobia,
Takut Cemburu = Zelophobia,
Takut Cermin = Catoptrophobia,
Takut Cina = Sinophobia,
Takut Corak Baru - Cainophobia
Takut Daerah Perbatasan = Claustrophobia,
Takut Daging = Carnophobia,
Takut Dagu = Geniophobia,
Takut Danau = Limnophobia,
Takut Darah = Hemaphobia,
Takut Debu = Amathophobia,
Takut Debu = Koniophobia,
Takut Demam = Febriphobia,
Takut Demam = Fibriophobia,
Takut Demo = Daemonophobia,
Takut dengan Seks = Erotophobia,
Takut Dewa = Zeusophobia,
Takut Di dalam Rumah = Oikophobia,
Takut di Ejek = Katagelophobia,
Takut di Hipnotis = Hynophobia,
Takut Di pandang = Opthalmophobia,
Takut Diabaikan = Athazagoraphobia,
Takut Dibatasi - Merinthophobia,
Takut Dibenci = Melophobia,
Takut Dicekik = Pnigophobia,
Takut Dicuri = Cleptophobia,
Takut Dihukum = Mastigophobia,
Takut Dihukum Berat = Rhabdophobia,
Takut Dikubur Sendirian =Taphephobia,
Takut Diluar Ruangan =Spacephobia,
Takut Dingin =Cheimaphobia,
Takut Dingin =Psychrophobia,
Takut Dinilai Negatif =Socialphobia,
Takut Diracun =Toxicophobia,
Takut Dirampok =Harpaxophobia,
Takut Disentuh =Aphenphosmphobia,
Takut Disentuh - Chiraptophobia,
Takut Disentuh =Haphephobia,
Takut Disuntik =Trypanophobia,
Takut Ditatap =Scopophobia,
Takut Ditertawakan =Catagelophobia,
Takut Ditinggal Sendiri =Eremophobia,
Takut Dokter Gigi =Dentophobia,
Takut Dubur =Proctophobia,
Takut Duduk =Cathisophobia,
Takut Duduk =Taasophobia,
Takut Duduk di Bawah =Kathisophobia,
Takut Emas =Aurophobia,
Takut Es Batu =Cryophobia,
Takut Fenomena Kosmis =Kosmikophobia,
Takut Filosofi =Philosophobia,
Takut Gagal =Atychiphobia,
Takut Gagap =Psellismophobia,
Takut Gatal =Acarophobia,
Takut Gatal =Pellagrophobia,
Takut Gedung Pertunjukan =Theatrophobia,
Takut Gelap =Achluophobia,
Takut Gelap =Lygophobia,
Takut Gelas =Hyelophobia,
Takut Gelombang =Kymophobia,
Takut Gembira =Cherophobia,
Takut Gerakan =Kinetophobia,
Takut Gereja =Ecclesiophobia,
Takut Getaran =Tremophobia,
Takut Gravitasi =Barophobia,
Takut Guntur =Ceraunophobia,
Takut Halloween =Samhainophobia,